jpnn.com, JAKARTA - Head of Medical Community Alodokter Alni Magdalena mengatakan pengurangan bahaya tembakau bisa dipadukan dengan layanan telemedis.
Layanan ini memiliki peluang memperluas akses bagi perokok untuk mendapatkan program berhenti merokok, yang berdasarkan bukti ilmiah.
BACA JUGA: Lagi Naik Daun, Sikap Amanda Manopo Dikomentari Petinggi TV Ini
Selain memberikan kemudahan dalam akses dan mengurangi biaya kesehatan, khususnya bagi perokok yang memerlukan kontrol yang rutin, telemedis juga bisa meningkatkan kualitas layanan dalam memonitor jadwal pemeriksaan lanjutan.
“Telemedis sebagai bagian dari teknologi kesehatan perlu adaptasi sesuai perkembangan zaman. Jadi, telemedis dapat digunakan untuk pengananan perilaku pengurangan bahaya,” kata Alni.
BACA JUGA: Perkuat Layanan Infrastruktur Keuangan, OY! Indonesia Raih Pendanaan Seri A
Layanan telemedis dijadikan sebagai penilaian awal mengenai perilaku merokok terhadap seseorang. Misalnya, berapa banyak konsumsi rokok dalam sehari.
“Apakah pasien ada niatan berhenti merokok atau tidak? Kalau pasien sudah mengatakan mau berhenti namun sulit, kami bantu untuk berhenti merokok,” ujarnya.
BACA JUGA: Harga Bitcoin Turun, CEO Indodax: Para Investor Bisa Memanfaatkan Momen ini
Tahap awalnya dengan melakukan konseling yang kemudian dilanjutkan pemberian obat. Setelah itu, pasien harus melakukan kontrol secara berkala yang sesuai dengan rencana.
“Kita tahu berhenti merokok itu harus ditindaklanjuti secara berkala karena banyaknya pasien yang relapse lagi setelah beberapa minggu. Dengan teknologi ada pengingat otomatis untuk sesi lanjutan kepada pasien,” ucap Alni.
Berdasarkan penelitian, program berhenti merokok yang dilakukan lewat telemedis sama efektifnya jika dibandingkan dengan pasien yang lewat tatap muka langsung.
“Jadi tidak ada hambatan untuk berhenti merokok lewat layanan telemedis. Layanan ini efektif dan banyak hal yang lebih efisien dilakukan jika dibandingkan dengan layanan konvensional,” kata Alni.
Terpisah, Ketua Koalisi Indonesia Bebas TAR (Kabar) Ariyo Bimmo menjelaskan pengurangan bahaya tembakau merupakan inovasi untuk mengurangi epidemi merokok.
Dengan semakin berkembangnya layanan kesehatan, konsep ini dapat dikolaborasikan dengan telemedis.
“Keberadaan layanan ini dapat mendukung konsep pengurangan bahaya terhadap perilaku berisiko,” katanya kepada wartawan.
Bimmo berharap konsep pengurangan bahaya tembakau melalui layanan telemedis mendapatkan dukungan dari pemerintah dalam bentuk kebijakan.
“Konsep ini sebagai pelengkap yang sudah ada seperti konseling, pendidikan, dan sebagainya. Prinsip dari strategi ini untuk meminimalisasi bahaya dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” seru Bimmo.(chi/jpnn)
Redaktur & Reporter : Yessy