Konsisten Tonjolkan Budaya Minang, Go Internasional

Rabu, 11 Januari 2017 – 00:07 WIB
GARAP BUSANA MUSLIMAH: Ade Listiani, desainer yang berkibar hingga go internasional. Foto: dokumen pribadi for Padang Ekspres

jpnn.com - jpnn.com - Ade Listiani konsisten menghasilkan karya dengan spesialisasi desain kebaya dan baju muslim. Konsistensi dalam berkarya ini yang membuat pemilik nama asli Raden Ayu Alfianingsih ini terus berkibar hingga go internasional.

Hijrah Adi Sukrial-Padang

BACA JUGA: Ivan Gunawan Majukan Perayaan Ultahnya

Bagi Ade—panggilannya—profesi desainer adalah profesi tak henti berproses menghasilkan karya-karya baru, berbeda, menarik, inovatif dan inspiratif. Berkat prinsip itu pulalah membuatnya menjadi desainer produktif.

Untuk bisa mencapai tahap itu, menurut dia, dibutuhkan kemaunan terus menerus belajar dan menggali kebudayaan dari berbagai daerah.

BACA JUGA: Alexander McQueen Tinggalkan Surat Bunuh Diri

Dalam berkarya, Ade fokus kepada busana muslim dengan menonjolkan kebudayaan Minang, serta batik.

Salah satu karyanya yang terkenal adalah sulaman tusuk peniti (samek). Karya ini salah satu teknik sulam yang berkembang di Pariaman.

Sulaman ini memiliki teknik khas yang dulunya sering memperindah selendang wanita Minangkabau. Namun sering berkembangnya dunia fashion, Ade menjadikannya untuk busana.

Teknik sulaman ini lebih kepada keterampilan penyulam. Di mana, dasar kain yang akan digunakan ditusuk (dimasukkan) benang. Sehingga, memenuhi motif atau lukisan yang diinginkan.

“Titik-titik benang ini dipenuhi lukisan atau motif,” katanya kepada Padang Ekspres (Jawa Pos Group), beberapa waktu lalu.

Selain itu, batik juga menjadi inspirasi bagi Ade dalam merancang busana. Dia mengaplikasikannya dalam merancang busana, salah satunya batik tanah liek yang pewarnaannya benar-benar menggunakan tanah liat.

Sedangkan untuk busana muslim, dalam karya-karyanya Ade sering mengkreasikan bordir hampir di seluruh jenis pakaian, baik kebaya, gamis dan lainnya.

Khusus busana muslim, juga dikreasikan dengan teknik bordir plus memadukan jenis kain dan warna. Sehingga, busana tampak lebih menarik dan bagus dipandang.

Kesan sederhana tapi elegan, begitulah terlihat dari karya Ade. Dia menggunakan berbagai motif seperti bunga dan lainnya.

Ade memaparkan, di dunia mode perjuangan para desainer tidak berhenti saat mereka berhasil menciptakan sebuah karya atau saat mereka meluncurkan label pribadi.

“Setiap karya ada tantangannya, dan untuk menghasilkan karya yang baik kita harus menaklukkan tantangan itu,” jelasnya.

Ade memaparkan, dunia fashion sudah menarik hatinya sejak kecil. Sehingga, Ade remaja sudah membulatkan tekadnya untuk betul-betul menggeluti dunia busana.

Cita-citanya itu pulalah yang membuatnya memutuskan diri masuk ke Sekolah Menengah Kesejahteraan Keluarga (SMKK).

Tamat SMKK, Ade menambahkan pengetahuan dengan mengikuti kursus mode selama dua tahun di Jakarta.

Setelah itu, membuka bisnis busana di Jambi melalui pesanan pribadi. Pada tahun 2003, Ade memutuskan hijrah ke Kota Padang.

Jasa profesionalnya pun banyak dimanfaatkan warga kota dalam mendesain busana pernikahan.

Bahkan, Ketua APPMI (Asosiasi Pengusaha Perancang Indonesia) Sumbar ini pun mendapat kesempatan ikut memamerkan produknya dalam berbagai kegiatan fashion skala nasional maupun internasional.

Bagi Ade, kepuasan konsumen menjadi keutamaan. “Alangkah bahagia rasanya setelah melihat konsumen puas menggunakan rancangan saya, termasuk masakan yang disajikan,” tuturnya.

Meski banyak desainer daerah yang memutuskan pindah dan berkarir di ibu kota, namun dia konsisten berkarya di Ranah Minang.

Dia bertekad mengangkat citra Minang di kancah nasional maupun internasional. (PE)


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler