Konsorsium PSN Memastikan Proyek Satria Dibangun Bulan Ini

Senin, 14 September 2020 – 06:04 WIB
Direktur Utama PSN sekaligus Direktur Utama SNT Adi Rahman Adiwoso. Foto: Dok Pri

jpnn.com, JAKARTA - PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN) berkomitmen melanjutkan proyek satelit multifungsi (SMF) yang diberi nama Satelit Republik Indonesia (Satria).

PSN melalui anak usahanya, PT Satelit Nusantara Tiga (SNT), memastikan memulai konstruksi pada September 2020.

BACA JUGA: Bangun Satelit PALAPA-N1, PT Pasifik Satelit Nusantara Jalin Kerja Sama Strategis

Proyek itu juga melibatkan aerospace manufacturer asal Prancis Thales Alenia Space (TAS).

Penandatanganan proyek Satria sudah dilakukan oleh Direktur Utama PSN sekaligus Direktur Utama SNT Adi Rahman Adiwoso dengan VP Telecom Business Unit TAS, Pascal Homsy secara virtual pada Kamis (3/9).

BACA JUGA: Tingkatkan Layanan Satelit, BRI Gandeng Telkom

Menkominfo Johnny Gerard Plate yang menyaksikan penandatanganan menjelaskan bahwa pandemi memberikan pengaruh sangat signifikan terhadap industri dirgantara, termasuk satelit.

Misalnya, efek negatif pada penyelesaian proyek, terganggunya supply chain, dan perlambatan pengoperasian fasilitas untuk pabrikasi.

Namun, sambung Johnny, bagi Indonesia dan mitra-mitra kerja satelitnya justru sebaliknya terjadi.

“PWA konsorsium PSN dan TAS menunjukkan bahwa iklim investasi dan pembangunan infrastruktur telekomunikasi Indonesia tidak sedang melambat, tetapi justru makin melesat,” kata Johhny.

Direktur Utama PSN sekaligus Direktur Utama SNT Adi Rahman Adiwoso menjelaskan, Indonesia bisa secepatnya menjadi digital society dengan mempermudah pendidikan, pemerintahan, kesehatan, perekonomian, dan sebagainya dengan akses internet.

“Kesetaraan digital ini menyiapkan seluruh bangsa menghadapi masa depan yang sebagian besar berdasarkan digital world,” jelas Adi.

Menurut Adi, proyek Satria bagi kelompok usaha PSN merupakan bagian dari rangkaian Satelit Nusantara yang dimulai sejak 2019.

Satelit multifungsi ini memiliki kapasitas 150 gigabyte per second (Gbps) dengan menggunakan teknologi very high throughput satellite (VHTS) dan memakai frekuensi Ka-Band.

Proyek SATRIA, kata dia, merupakan suatu keputusan strategis pemerintah yang sangat penting.

Proyek itu tidak kalah dengan keputusan pada saat pemerintah memutuskan untuk menggunakan Satelit Palapa A pada 1970 bagi sistem komunikasi satelit domestik.

Hal itu membuat seluruh masyarakat Indonesia akhirnya dapat berkomunikasi dan menikmati saluran televisi nasional, TVRI.

“Dengan kapasitas sebesar 150 Gbps berarti lebih besar tiga kali lipat dari semua kapasitas satelit nasional yang saat ini masih digunakan. Kami yakin Satria dapat menjadi jawaban dari digital gap yang masih terjadi di Indonesia,” jelas Adi.

Adi juga menjelaskan bahwa total investasi Satria yang mencapai USD 550 juta atau Rp 8 triliun akan dibiayai oleh sindikasi perbankan bank-bank internasional.

Yakni, The Hongkong and Shanghai Bank Corporation Limited (HSBC), Banco Santander, S.A (Santander) dan The Korean Development Bank (KDB) yang didukung oleh bank penjamin yaitu Bpi France Assurance Export (Bpi), Export Credit Agency dari Perancis, dan Asia Infrastructure Investment Bank (AIIB) yang berbasis di Beijing, Tiongkok. (jos/jpnn)


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler