jpnn.com, JAKARTA - Deep learning saat ini sedang menjadi topik hangat di Indonesia, terutama dalam bidang kecerdasan buatan dan teknologi.
Namun, konsep deep learning juga relevan dalam dunia pendidikan Indonesia saat ini.
BACA JUGA: Uhamka Sosialisasi Program Deep Learning Inovasi Mendikdasmen Muti
Dalam konteks pembelajaran, deep learning mengacu pada pemahaman yang mendalam dan berkelanjutan, bukan sekadar menghafal rumus atau prosedur tanpa pemahaman konseptual.
Pembelajaran yang berorientasi pada deep learning menuntut siswa untuk menghubungkan konsep-konsep yang telah mereka pelajari dengan situasi baru atau situasi nyata sehingga pemahaman mereka tidak terfragmentasi.
BACA JUGA: Deep Learning Pengganti Kurikulum Merdeka Belajar? Simak Penjelasan Mendikdasmen
Tujuannya adalah agar siswa dapat memperoleh pembelajaran yang bermakna. Pembelajaran dengan deep learning mengintegrasikan tiga elemen utama, yaitu:
1) Mindful Learning. Pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk berpartisipasi aktif dalam diskusi dan eksperimen dengan mempertimbangkan kebutuhan serta potensi masing-masing individu.
BACA JUGA: Teknologi Deep Learning Bisa Deteksi Penyakit Kanker, Begini Cara Kerjanya
2) Meaningful Learning. Pembelajaran ini mendorong siswa untuk memahami alasan di balik setiap materi yang dipelajari.Siswa tidak sekadar mempelajari konsep/materi, namun memperoleh pemahaman mengenai mengapa ia harus mempelajari konsep/materi tersebut.
3) Joyful Learning. Pembelajaran ini menitikberatkan pada kepuasan yang diperoleh siswa dari pemahaman yang mendalam, bukan sekadar menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.
Jika dilihat maka pendekatan deep learning juga sangat relevan dalam pembelajaran matematika. Dalam belajar matematika, siswa tidak hanya dituntut untuk sekadar menghafal rumus dan menggunakan rumus dalam penyelesaian soal tanpa makna. Namun, siswa perlu diberikan kesempatan untuk mengeksplorasi, menemukan pola, dan membangun pemahaman sendiri atas konsep-konsep matematika yang dipelajari.
Siswa didorong untuk memahami alasan di balik setiap prosedur yang digunakan, mengapa mereka memilih menggunakan rumus ini, dan bukan yang itu? Mengapa mereka harus melakukan langkah ini sebelum langkah itu, dan sebagainya.
Dengan cara ini, siswa juga dapat dilatih untuk menerapkan konsep-konsep matematis yang telah dipelajari dalam berbagai situasi kontekstual. Pembelajaran yang berfokus pada pemahaman mendalam sangat penting untuk meningkatkan daya pikir kritis dan kreatif siswa, khususnya di era perkembangan zaman yang kian pesat.
Jika kita kembali kepada teori belajar, kita dapat melihat bahwa deep learning memiliki hubungan yang erat dengan teori konstruktivisme. Teori konstruktivisme menyatakan bahwa siswa membangun pemahaman mereka dalam belajar melalui interaksi dengan lingkungan, pengalaman nyata, dan refleksi.
Artinya, konsep dalam pembelajaran tidak dapat hanya diberikan secara langsung oleh guru, tetapi harus dikonstruksi sendiri oleh siswa melalui pengalaman, eksplorasi, dan diskusi. Misalnya dalam konteks pembelajaran matematika, ketika mempelajari konsep pecahan, siswa akan lebih memahami maknanya jika mereka dapat menghubungkannya dengan pengalaman sehari-hari, seperti membagi kue atau menghitung diskon.
Pembelajaran berbasis konstruktivisme juga mendorong siswa untuk bertanya, berhipotesis (membuat dugaan), dan mencari solusi sendiri terhadap masalah yang dihadapi. Dengan demikian, mereka akan lebih aktif dalam proses belajar sehingga memperoleh pemahaman yang lebih bermakna.
Jadi, jika dalam deep learning siswa diharapkan mampu membangun koneksi antara berbagai konsep, maka dalam konstruktivisme mereka didorong untuk membentuk sendiri pengetahuan berdasarkan pengalaman dan interaksi.
Misalnya, dalam pembelajaran geometri, siswa tidak langsung diberikan definisi tentang suatu bangun ruang, tetapi diberikan kesempatan untuk menyusun model sendiri dan menemukan sifat-sifatbangun ruang tersebut melalui eksplorasi. Hal ini memungkinkan mereka untuk memahami konsep bangun ruang secara lebih mendalam dibandingkan dengan sekadar menghafal definisi yang diberikan guru.
Dengan demikian, integrasi konsep deep learning dan konstruktivisme dalam pembelajaran matematika berpotensi meningkatkan pemahaman siswa secara lebih mendalam. Dengan mendorong siswa untuk aktif membangun pengetahuan mereka sendiri, pembelajaran tidak hanya menjadi lebih bermakna tetapi juga lebih menyenangkan.
Terkait dengan Kurikulum Merdeka yang saat ini dijalankan, kita dapat melihat bahwa Kurikulum Merdeka mampu memberikan peluang besar untuk menerapkan prinsip-prinsip ini. Kurikulum Merdeka memberikan fleksibilitas bagi guru dan siswa dalam proses pembelajaran, sehingga sejalan dengan prinsip deep learning dan konstruktivisme.
Dalam Kurikulum Merdeka, pendekatan yang digunakan lebih berpusat pada siswa, memungkinkan siswa mengeksplorasi konsep secara lebih mendalam dan membangun pemahaman berdasarkan pengalaman belajar yang autentik. Hal ini sesuai dengan prinsip konstruktivisme yang menekankan bahwa pengetahuan bukanlah sesuatu yang diberikan secara pasif, tetapi dikonstruksi oleh siswa melalui interaksi dan refleksi.
Prinsip pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka juga sejalan dengan pembelajaran deep learning yang menekankan tiga aspek utama, yaitu mindful, meaningful, dan joyful.
Artinya, dalam pembelajaran matematika, guru harus memastikan bahwa pembelajaran dilakukan dengan penuh kesadaran dan menghargai proses berpikir siswa (mindful), membantu siswa memahami manfaat matematika dalam kehidupan nyata sehingga pembelajaran tidak sekadar hafalan (meaningful), serta menciptakan suasana belajar yang menyenangkan agar siswa memiliki motivasi yang tinggi dalam memahami konsep-konsep matematika (joyful).
Dengan mengintegrasikan prinsip-prinsip ini, pembelajaran matematika dapat menjadi lebih bermakna bagi siswa.
Jadi, bagi para pendidik matematika, sadarilah bahwa peran Anda sangatlah penting dalam membangun generasi yang kritis, kreatif, dan inovatif. Jangan pernah ragu untuk mengeksplorasi pendekatan baru yang lebih bermakna dan menyenangkan bagi siswa. Jadilah fasilitator yang menginspirasi siswa untuk berpikir, menemukan, dan menciptakan.
Ingatlah bahwa setiap konsep matematika yang Anda ajarkan bukan sekadar angka dan rumus, tetapi juga alat untuk membentuk pola pikir siswa yang logis dan sistematis, serta membantu siswa untuk dapat berkontribusi bagi perkembangan zaman. Teruslah berinovasi, karena perubahan dalam dunia pendidikan dimulai dari semangat dan dedikasi Anda.***
*Penulis: Mahasiswa S3 Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Dosen Universitas Pelita Harapan (UPH)
Redaktur & Reporter : Budianto Hutahaean