Konsumsi Pertamax Naik, Premium Turun

Kamis, 27 November 2014 – 04:30 WIB
Warga membeli pertamax di SPBU. Foto: Fedrik/dok.JPNN

jpnn.com - SURABAYA - Naiknya harga BBM jenis premium akibat pengurangan subsidi membuat pertamax mulai lebih dilirik oleh konsumen.

Sejak harga premium naik pada 15 November 2014 lalu, tingkat konsumsi pertamax memang mengalami kenaikan. Hingga Senin (24/11), konsumsi pertamax di wilayah regional V (Jatim, Bali, NTB dan NTT) melaju pesat sebanyak 87 persen. Khusus Jatim, kenaikannya cukup signifikan mencapai 91 persen.

BACA JUGA: Menteri ESDM: Indonsia Krisis Listrik

"Disparitas harga premium dan pertamax yang kecil membuat pasar mulai beralih ke pertamax," kata Assistant Manager External Relation PT Pertamina Marketing Region V Heppy Wulansari. Berbanding terbalik dengan pertamax, konsumsi premium justru menurun. Di wilayah regional V, hingga Senin (24/11), penurunannya sebanyak 14 persen. Khusus Jatim, angka penurunannya sebesar 8 persen.

Saat ini, SPBU di Jatim yang menjual pertamax sebanyak 600. Angka ini sama dengan 71 persen dari total 837 SPBU. Dibanding jumlah total SPBU di Jatim, Bali, NTB dan NTT yang mencapai 1.134, persentase tersebut jelas lebih banyak.

BACA JUGA: Kemampuan Faisal Basri Diragukan Bisa Berantas Mafia Migas

Karena, untuk wilayah regional V ini baru ada 706 SPBU yang memasarkan pertamax. Angka ini sama dengan 62 persen dari jumlah total SPBU di wilayah Jatim, Bali, NTB dan NTT.

Belum meratanya wilayah persebaran pertamax ini dipicu faktor karakter dan tingkat konsumsi yang berbeda di masing-masing daerah. Hingga akhir tahun, menurut Heppy, Pertamina menargetkan 75 persen SPBU di Jatim sudah menjual pertamax.

BACA JUGA: Aceh 70 Persen, Pusat 30 Persen

Target yang sama ditetapkan untuk SPBU di Jatim, Bali, NTB dan NTT. "Untuk target wilayah regional V sepertinya memang berat, tapi kami tetap optimistis," tandasnya.

Kendati persentase konsumsi pertamax naik, namun secara angka riil, jumlahnya masih jauh di bawah premium. Ini karena karakter pasar yang lebih sensitif terhadap faktor harga, melebihi kualitas. "Ke depan, kami akan lebih mengedukasi masyarakat tentang pentingnya mengonsumsi BBM berkualitas tinggi," lanjutnya

Soal stok, Heppy mengimbau masyarakat untuk tidak khawatir. Sampai akhir tahun 2014, Pertamina akan menambah persediaan pertamax sebanyak 20 persen. "Kalaupun konsumsinya naik sampai 100 persen, kami juga siap. Ini gairah pasar yang bagus," tuturnya.

Harga pertamax selama November ini memang cenderung menurun, seiring menurunnya harga minyak dunia. Namun harga pertamax di Indonesia berbeda-beda, tergantung tingkat konsumsi, biaya distribursi dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB).

Heppy menjelaskan, semakin banyak konsumen yang sadar akan kualitas bahan bakar, maka tingkat konsumsinya juga akan meningkat.

Semakin ke timur daerahnya, maka biaya distribusi pertamax juga makin mahal, sehingga harga pertamax pun juga lebih mahal di wilayah NTB dan NTT dibanding di Jatim. Tarif PBBKB juga memengaruhi harga pertmax. Semakin tinggi tarifnya, maka harga pertamax di daerah tersebut juga lebih mahal dibanding daerah yang tarif pajaknya rendah.

"Misalnya PBBKB di Jatim yang 5 persen, tentu harga pertamax juga lebih murah dibanding di Bali yang PBBKB-nya 10 persen. Tapi faktor biaya distribusi juga menentukan. Misalnya harga pertamax di NTB dan NTT pasti lebih mahal dibanding di Bali, meskipun tarif PBBKB di dua wilayah itu lebih murah daripada di Bali," jelasnya. (rin)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Menhub Ogah Campuri Sengketa Pengelolaan Bandara Halim


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler