jpnn.com, JAKARTA - Konten kreator dituntut tidak hanya mementingkan viral, tetapi tanpa adanya sisi edukasi. Harus tetap ada batasan-batasan dan juga mampu mendidik masyarakat, selain juga menghibur.
“Seringkali ditemui beberapa orang yang membuat konten di luar nalar yang hanya mengincar viral saja tanpa mementingkan pesan positifnya,” kata Angga Nggok, anggota Podkesmas dalam kegiatan Festival Literasi Digital di Parking Lot Mall Phinisi Point, Makassar, yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama dengan Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi, akhir pekan lalu.
BACA JUGA: 10 Konten Kreator Asal Indonesia Ini Siap Abadikan FIFA World Cup Qatar 2022
Angga mengatakan konten yang menghibur tetap harus mempunyai border atau batasan, bukan hanya berisi candaan yang tidak mempunyai edukasi. Seperti yang dilakukan Podkesmas (Omesh, Angga Nggok, Surya Insomnia, dan Imam Darto) yang menyelipkan pesan moral di balik konten yang menghibur.
"Kami selalu berupaya menyelipkan pesan moral kepada pendengar," ujarnya.
BACA JUGA: Para Milenial Industri Kreatif Mengikuti Pelatihan Konten Kreator Bersama Sandiaga Uno
Kemenkominfo menjembatani hal itu dengan membuat program literasi digital yang berisi berbagai kegiatan edukatif baik secara daring maupun luring dengan materi yang didasarkan pada empat pilar utama literasi digital. Yaitu, kecakapan digital, etika digital, budaya digital, dan keamanan digital.
Dalam talk show Melek Literasi Digital: Menjadi Viral Tanpa Hilang Moral para narasumber mengajak masyarakat Makassar untuk melek literasi digital agar mampu memanfaatkan teknologi dan media sosial sebaik-baiknya serta tidak hanya asal mengejar bisa viral.
“Perlu mengingat bahwa menjadi viral tidak semuanya mengenai hal positif saja,” kata Ketua Tim Literasi Digital Sektor Kelompok Masyarakat, Rizki Ameliah dalam keterangannya, Kamis (1/12).
Moral bisa disamakan dengan etika, ketika memasuki rumah orang lain maka sebaiknya memberi salam ataupun permisi.
"Sama halnya dengan membuat konten ataupun masuk ke konten orang lain, sebaiknya tidak langsung berkomentar negatif atau semacamnya," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kominfo Kota Makassar, Mahyuddin menyampaikan bahwa ranah digital merupakan dunia yang faktanya ada. Konten yang dibuat bisa menjadi teman, bahkan membahayakan diri sendiri.
"Mulutmu harimaumu adalah peribahasa yang sesuai untuk menggambarkan situasi di media sosial sehingga harus bijak dalam membuat,” tegasnya. (esy/jpnn)
Redaktur : Elvi Robiatul
Reporter : Mesyia Muhammad