JAKARTA - Setelah sukses dengan film Minggu Pagi di Victoria Park, sineas sekaligus aktris Lola Amaria kembali bersiap merilis film baru. Kali ini dia menjadi produser film omnibus yang dirangkai dari sepuluh film pendek. Film berjudul Sanubari Jakarta itu menggandeng sepuluh sutradara muda, salah satunya adalah artis Dinda Kanya Dewi.
Film tersebut memiliki benang merah tentang kisah komunitas minor lesbian, gay, biseksual, dan transgender. Meski tema kisah yang diusung cukup kontroversial, Lola tidak khawatir. Kami hanya membuat film kok, dengan realitas yang sesuai aslinya. Sebenarnya, ini ada di Indonesia, terutama Jakarta. Tema ini local content, tapi international issue. Artinya, di belahan dunia mana pun mereka itu ada. Jadi, saya hanya mengangkat realitas di sini, jelas Lola saat press conference film Sanubari Jakarta di gedung PPHUI kemarin (9/4).
Sineas 34 tahun itu menuturkan, pembuatan film tersebut tidak bertujuan memberikan persepsi tertentu atas kaum minoritas itu. Justru melalui film tersebut, Lola ingin mengajak masyarakat untuk memahami lebih dalam kehidupan mereka. Itu juga edukasi. Saya dan teman-teman niatnya bikin film, bukan nge-judge atau membela, tapi lebih kepada manusianya. Bahwa kita manusia biasa yang punya hak untuk diterima dan dihargai, tegasnya.
Ketika ditanya soal jenis film yang cenderung indie, Lola memaparkan bahwa biaya film indie relatif lebih murah daripada film komersial. Selain itu, tidak ada intervensi dari pihak mana pun saat penggarapan film. Juga, saya suka semangatnya karena belajar dan workshop dengan teman-teman yang juga punya hasrat di film, papar dia.
Soal pemilihan sutradara, Lola mengatakan hanya mengajak orang-orang yang memang memiliki passion membuat film. Dia pun menyatakan tidak punya kriteria khusus bagi para sutradara yang terlibat dalam film Sanubari Jakarta. Yang penting, mereka punya passion berlebih di film. Dan mereka senang kalau karya pertamanya dilihat banyak orang serta didistribusikan secara nasional. Kami nggak nyangka lho akhirnya bisa disaksikan di bioskop. Dan mereka nggak dibayar, tutur dia.
Meski begitu, tak berarti Lola tidak mengalami kesulitan. Dia harus mampu mengatur sepuluh sutradara dengan perbedaan masing-masing. Dia juga sempat kesulitan menggabung-gabungkan film hingga menjadi suatu rangkaian utuh. Kesulitannya adalah saya mengatur sepuluh kepala yang berbeda. Sulit juga waktu penggabungan dari sepuluh film. Itu sampai seminggu, imbuh dia.
Tiap-tiap film pendek yang masuk Sanubari Jakarta berdurasi sepuluh menit. Film-film itu adalah 1/2, Malam Ini Aku Cantik, Lumba-Lumba, Terhubung, Kentang, Menunggu Warna, Pembalut, Topeng Srikandi, Untuk "A", dan Kotak Coklat. Rencananya, film Sanubari Jakarta diputar di bioskop tanah air pada 12 April mendatang. (ken/c11/any)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dinda Kanya Rogoh Puluhan Juta
Redaktur : Tim Redaksi