JAKARTA - Direktur Utama PT Ghalia Indonesia Printing, Hamzah Lukman mengaku bahwa keterlambatan pendistribusian naskah UN ke 11 provinsi disebabkan masalah teknis yang mereka hadapi dalam proses percetakan sampai pengemasan.
"Kami sendiri atas nama perusahaan mohon maaf. Kami tidak ada niatan sedikitpun sengaja terlambat. Semua ini karena masalah teknis di perusahaan saat finishing naskah untuk 11 provinsi," kata Hamzah yang dihadirkan langsung dalam konferensi pers di Kemdikbud, Minggu (14/4).
Pihaknya mengatakan, banyaknya bahan materi yang harus mereka kerjakan membuat perusahaannya tidak sanggup menampung bahan-bahan naskah UN tersebut. Misalnya variasi soal yang jumlahnya 20 varian, kemudian adanya perbedaan-perbedaan soal antar kelas, dan provinsi.
"Jadi masalah teknis ini tentunya kita sadar, ada 11 provinsi. Tentu pekerjaan banyak dan loading tinggi. Dari awal cetak, sampai masuk tidak ada masalah, keterlambatan terjadi saat mencocokkan materi antara ampol yang satu dengan yang lain," jelasnya.
Hamzah mengaku baru kali ini mengalami persoalan seperti ini. Namun perusahaannya sudah komitmen untuk menyelesaikannya sesegera mungkin dengan bekerja 24 jam dan terus menerus menambah tenaga hingga mencapai 500 orang.
Ditambahkannya, persoalan ini sudah disampaikannya ke kemdikbud sepekan sebelum deadline yang jatuh pada 12 April 2013. Pihaknya juga mengeluhkan sedikitnya waktu yang diberikan untuk menyelesaikan tender.
"Kami minta 60 hari, kami kerjakan sekarang 25 hari. Mepet," ungkapnya sembari menambahkan, dalam kontrak kerja percetakan tidak disebutkan naskah itu harus selesai dalam berapa hari kerja. "Nggak disebutkan jumlah hari, tapi hanya deadline tanggal 12 April 2013," tambahnya.(fat/jpnn)
"Kami sendiri atas nama perusahaan mohon maaf. Kami tidak ada niatan sedikitpun sengaja terlambat. Semua ini karena masalah teknis di perusahaan saat finishing naskah untuk 11 provinsi," kata Hamzah yang dihadirkan langsung dalam konferensi pers di Kemdikbud, Minggu (14/4).
Pihaknya mengatakan, banyaknya bahan materi yang harus mereka kerjakan membuat perusahaannya tidak sanggup menampung bahan-bahan naskah UN tersebut. Misalnya variasi soal yang jumlahnya 20 varian, kemudian adanya perbedaan-perbedaan soal antar kelas, dan provinsi.
"Jadi masalah teknis ini tentunya kita sadar, ada 11 provinsi. Tentu pekerjaan banyak dan loading tinggi. Dari awal cetak, sampai masuk tidak ada masalah, keterlambatan terjadi saat mencocokkan materi antara ampol yang satu dengan yang lain," jelasnya.
Hamzah mengaku baru kali ini mengalami persoalan seperti ini. Namun perusahaannya sudah komitmen untuk menyelesaikannya sesegera mungkin dengan bekerja 24 jam dan terus menerus menambah tenaga hingga mencapai 500 orang.
Ditambahkannya, persoalan ini sudah disampaikannya ke kemdikbud sepekan sebelum deadline yang jatuh pada 12 April 2013. Pihaknya juga mengeluhkan sedikitnya waktu yang diberikan untuk menyelesaikan tender.
"Kami minta 60 hari, kami kerjakan sekarang 25 hari. Mepet," ungkapnya sembari menambahkan, dalam kontrak kerja percetakan tidak disebutkan naskah itu harus selesai dalam berapa hari kerja. "Nggak disebutkan jumlah hari, tapi hanya deadline tanggal 12 April 2013," tambahnya.(fat/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dua Polres Kawal Distribusi Soal UN
Redaktur : Tim Redaksi