JAKARTA - Peneliti Maarif Institute, Endang Tirtana mengapresiasi rencana konvensi calon presiden (Capres) yang akan dilakukan oleh Partai Demokrat (PD) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Menurutnya, konvensi ini sebaiknya tidak hanya dilakukan kedua partai tersebut, tapi juga partai politik (Parpol) yang ikut dalam kontestan Pemilu 2014 mendatang.
"Langkah ini mestinya juga ditiru partai-partai peserta pemilu 2014. Karena dengan konvensi akan menunjukkan bahwa Parpol telah beradaptasi dengan dinamika pemilih di Indonesia," kata Endang dalam keterangan persnya, Sabtu (13/4).
Endang menjelaskan dengan adanya konvensi ini, berarti partai tersebut sudah bisa disebut sebagai Parpol yang modern dengan merespon perubahan dan dinamis pemilih.
"Mengapa konvensi menjadi penting? Coba kita lihat fenomena Golput (golongan putih) dan masa depan demokrasi Indonesia," ucapnya.
Jumlah suara pemilih yang tidak ikut berkontribusi dalam pesta demokrasi terus konsisten meningkat. Bahkan kata dia, peningkatan angka Golput itu bisa mengalahkan suara yang ikut memilih jika tidak diantisipasi. "Ini jadi menunjukkan keengganan masyarakat pemilih untuk berpartisipasi dalam pesta rakyat yang diadakan setiap lima tahun ini," katanya.
Endang menjelaskan praktek politik di Indonesia masih meng-eksklusi masyarakatnya jika ditilik dari konsep Atkinson untuk menjelaskan Golput sebagai bagian dari fenomena "voluntary exclusions" (memilih sendiri untuk tidak terlibat). Kata dia, peningkatan jumlah Golput tentunya tidak lepas dari menurunnya kepercayaan masyarakat yang berdampak pada kualitas tata pemerintahan dan juga dalam pembangunan ekonomi.
"Untuk itu konvensi bisa menjadi strategi untuk menarik kembali minat masyarakat dan kepercayaan masyarakat dan juga mendidik masyarakat untuk berpartisipasi dalam politik," pungkas Endang. (awa/jpnn)
"Langkah ini mestinya juga ditiru partai-partai peserta pemilu 2014. Karena dengan konvensi akan menunjukkan bahwa Parpol telah beradaptasi dengan dinamika pemilih di Indonesia," kata Endang dalam keterangan persnya, Sabtu (13/4).
Endang menjelaskan dengan adanya konvensi ini, berarti partai tersebut sudah bisa disebut sebagai Parpol yang modern dengan merespon perubahan dan dinamis pemilih.
"Mengapa konvensi menjadi penting? Coba kita lihat fenomena Golput (golongan putih) dan masa depan demokrasi Indonesia," ucapnya.
Jumlah suara pemilih yang tidak ikut berkontribusi dalam pesta demokrasi terus konsisten meningkat. Bahkan kata dia, peningkatan angka Golput itu bisa mengalahkan suara yang ikut memilih jika tidak diantisipasi. "Ini jadi menunjukkan keengganan masyarakat pemilih untuk berpartisipasi dalam pesta rakyat yang diadakan setiap lima tahun ini," katanya.
Endang menjelaskan praktek politik di Indonesia masih meng-eksklusi masyarakatnya jika ditilik dari konsep Atkinson untuk menjelaskan Golput sebagai bagian dari fenomena "voluntary exclusions" (memilih sendiri untuk tidak terlibat). Kata dia, peningkatan jumlah Golput tentunya tidak lepas dari menurunnya kepercayaan masyarakat yang berdampak pada kualitas tata pemerintahan dan juga dalam pembangunan ekonomi.
"Untuk itu konvensi bisa menjadi strategi untuk menarik kembali minat masyarakat dan kepercayaan masyarakat dan juga mendidik masyarakat untuk berpartisipasi dalam politik," pungkas Endang. (awa/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pesawat Lion Air yang Celaka di Bali Masih Baru
Redaktur : Tim Redaksi