Konvensi Capres Pangkas Muka Lama

Minggu, 21 April 2013 – 02:19 WIB
JAKARTA - Board of Advisor Center for Strategic and International Studies (CSIS), Jeffrie Geovanie mengapresiasi rencana Partai Demokrat dan PPP untuk menggelar konvesi Calon Presiden (Capres). Menurutnya, konvensi itu bisa membuka kebuntuan regenerasi politik yang terjadi saat ini.

"Ini bisa membuka peluang bagi proses regenarasi kepemimpinan nasional," kata Jeffrie dalam keterangan persnya kepada JPNN, Sabtu (21/4).

Jeffrie mengatakan munculnya nama-nama lama dalam bursa Capres sebetulnya bertentangan dengan perkembangan di masyarakat di mana pemilih mayoritas merupakan generasi baru berumur di bawah lima puluh tahun. Namun, dengan munculnya wacana konvensi tersebut tentu akan membuka peluang bagi kaum muda.

Dalam pengamatan pria yang juga pendiri The Indonesian Institute, kemungkinan besar Partai Demokrat akan membuat konvensi secara terbuka dan tidak membatasi generasi. Ia pun berharap kepada kaum muda untuk memanfaatkan momen ini.

Kaum munda yang dimaksud Jefrrie adalah Joko Widodo, Gita Wirjawan, Sri Mulyani, Marzuki Alie, Dahlan Iskan, Irman Gusman, Mahfud MD, Chaerul Tandjung, Hari Tanoesudibyo dan Soetrisno Bachir.

"Mereka harus ikut daftar dan diterima sebagai calon oleh panitia konvensi nanti. Demokrat membuka peluang konvensi terbuka karena orang-orang muda ini sulit diakomodasi partai-partai untuk dicalonkan," katanya.

Jeffrie juga berpesan konvensi PD jangan seperti Golkar  yang melakukan konvensi pada tahun 2004. Menurut dia, konvensi Golkar dulu elitis dan tertutup dilihat dari sisi pemilihnya. Pemilih sama sekali tidak terlibat. Justru yang menentukan dalam konvensi Golkar adalah pengurus Golkar sendiri, dari cabang sampai DPP.

“Kita tahu bahwa konvensi seperti yang digelar Partai Golkar itu rawan terhadap politik uang. Lebih dari itu hasilnya tidak mencerminkan aspirasi pemilih,” papar Jeffrie.

Karena mekanismenya yang kurang tepat, sambung dia, Wiranto yang ditetapkan sebagai calon dalam konvensi itu kalah jauh oleh SBY dan Megawati padahal Golkar waktu itu partai pemenang.

Bercermin pada pengalaman Golkar, Jeffrie berharap bahwa yang menentukan Capres dari konvensi nantinya adalah rakyat, pemilih pada umumnya. Kalau cara ini yang digunakan, Jeffrie yakin yang terpilih bukan hanya terbaik di antara peserta konvensi tapi juga kompetitif dengan calon dari partai-partai lain. “Peluang untuk menang Pilpres menjadi lebih terbuka.” pungkasnya. (awa/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Politisi PKS Anggap Penuntut Emansipasi Sering Lupa Diri

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler