Konversi BBG Harusnya Manfaatkan SPBU

Senin, 07 Juli 2014 – 04:46 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Konversi BBM transportasi menjadi Bahan Bakar Gas (BBG) belum menunjukkan kemajuan yang signifikan. Hal tersebut memancing saran dari berbagai pihak. Salah satunya, dari BUMN migas PT Pertamina. Menurut hasil pengamatan, pihak perusahaan mengaku harus ada skema yang sama seperti konversi LPG agar program berhasil.

Direktur PT Pertagas Niaga Jugi Prajogio mengatakan, pihaknya sudah diberi tugas oleh Induk perusahaan untuk menggiatkan konsumsi BBG transportasi di Indonesia. Namun, dia menemukan masih banyak kendala untuk membuat penjualan BBG di Indonesia meningkat. Pertama, lokasi dari SPBG (Stasiun Pengisian BBG) masih banyak yang menjadi tak sesuai dengan rute-rute kendaraan yang ramai.

BACA JUGA: Dukung Ekspansi, Advan Gandeng Barcelona

"SPBG yang online (tersambung langsung dengan pipa gas) itu masih berjauhan dengan rute kendaraan. Sehingga, ada beberapa SPBG idle-nya (sepi) terlalu besar. Jadi, malah tidak terpakai. Contohnya, di Cibubur. Padahal sudah beroperasi tapi yang mengisi di sana sedikit sekali," ungkapnya di Jakarta pekan lalu.

Ditambah lagi, lanjut dia, converter kit yang seharusnya dipasangkan ke kendaraan masih belum teraplikasikan ke banyak kendaraan. "Konsumen dengan kendaraan pribadi masih belum mau memasang karena takut garansi kendaraan terhapus. "Soal ini kan yang urus bukan hanya Kementerian ESDM (Energi dan Sumber Daya Mineral). Tapi, juga Kementerian Perindustrian. Beberapa bilan ini belum terlihat performance," jelasnya. 

BACA JUGA: FOTILE Gelar Trade In Alat Dapur Sambut Ramadan

Karena itu, dia mengaku punya usulan skema kepada pemerintah untuk mendorong proses konversi. Skema tersebut diakui mempunyai prinsip yang sama seperti program konversi minyak tanah menuju LPG 3 kg. Intinya, pemerintah harus mengeluarkan kebijakan untuk memaksakan pengalihan BBM menuju BBG.

Misalnya, dari delapan dispenser di satu SPBU, satu bisa dipasang dispenser BBG. Dan itu terus ditingkatkan secara bertahap. Sampai nanti akhirnya bisa menjadi empat dispenser BBM banding empat dispenser BBG.Kalau begitu kan masyarakat berpindah juga tidak khawatir. Karena stoknya ada di semua SPBU," jelasnya.

BACA JUGA: 17 Hari, Evercoss Elevate Y Terjual 2 Ribu Unit di Jakarta Fair

Hanya saja, dia mengaku skema ini butuh satu lagi kebijakan dari pemerintah. Yakni, kebijakan harga CNG transportasi yang saat ini masih mencapai Rp 3.100. Menurutnya, memindahkan CNG dari SPBG online menuju SPBU butuh investasi yang lebih. Dengan harga jual saat ini, investasi tersebut diakui tidak ekonomis.

"Pipa gas ini kan awalnya untuk industri. Jadi, ada yang lokasinya cocok untuk SPBG ada yang tidak. Yang tidak ini ya harus jadi mother station (pemasok stasiun lain). Tapi kalau seperti itu harus investasi di angkutan dan lain-lain. Harganya tidak bisa Rp 3.100. Dibuka ke swasta pun tidak akan ada yang mau," jelasnya.

Dia menegaskan, hal ini menjadi jalan paling cocok yang harus ditempuh pemerintah. Menurutnya, menaikkan harga CNG transportasi untuk mendorong investasi tak bisa dihindari. "Tak perlu fokus menambah SPBG. Cukup memanfaatkan SPBU. Memang perlu menaikkan harga. Tapi kalau tidak begitu, CNG transportasi ini hanya angan-angan yang sulit terwujud. Paling-paling busway saja yang pakai," celetuknya. (bil)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pertamina-PGN Berminat Bangun Terminal LNG Darat


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler