Korban Jiwa Tentara AS di Afghan Tembus 2.000

Senin, 01 Oktober 2012 – 09:20 WIB
KABUL - Menjelang penarikan pasukan koalisi atau International Security Assistance Forces (ISAF) di bawah koordinasi NATO pada akhir 2014, tentara asing kembali menjadi korban di Afghanistan. Ironisnya, pelakunya justru orang dalam alias tentara Afghanistan sendiri.

Seorang personel militer Afghanistan mengarahkan dan menembakkan senapannya ke sekelompok tentara Amerika Serikat (AS) di pos penjagaan di Provinsi Wardak, barat Kota Kabul, Sabtu petang (29/9) waktu setempat. Serangan itu menewaskan dua warga AS. Salah seorang di antaranya tentara AS, dan seorang lain merupakan kontraktor sipil (semacam tentara swasta).

Jatuhnya korban itu menambah jumlah tentara AS yang tewas di negeri Presiden Hamid Karzai tersebut sejak 2001. Seorang pejabat militer AS memastikan bahwa tentara yang tak disebutkan namanya itu menjadi korban tewas ke.2.000 sejak AS memulai kampanye perang di Afghanistan pada Oktober 2001. Bahkan, data terbaru yang dirilis Pentagon (Departemen Pertahanan AS) menyebutkan bahwa hingga kemarin (30/9) tentara AS yang tewas di Afghanistan telah mencapai 2.003 orang.

Serangan tersebut terjadi di Distrik Sayd Abad, Provinsi Wardak, timur Afghanistan. Jubir polisi setempat Abdul Wali menuturkan kepada Agence France-Press bahwa tiga tentara AS lain juga terluka dalam insiden itu. Tiga tentara Afghanistan dilaporkan tewas, sedangkan dua rekannya terluka.

Serangan musuh yang menyusup dan menyamar sebagai tentara atau polisi Afghanistan terus meningkat belakangan ini. Serangan itu menjadi ancaman yang serius bagi serdadu Paman Sam maupun pasukan koalisi.

Juru Bicara Pemerintah Provinsi Wardak Shahidullah Shahid mengungkapkan bahwa seorang tentara Afghanistan membidikkan senjatanya dan melepaskan tembakan ke arah tentara AS. "Laporan awal mengindikasikan telah terjadi kesalahpahaman antara tentara Afghanistan dan Amerika," ujarnya. Belum diketahui apa motif tentara Afghanistan itu melepaskan tembakan terlebih dahulu.

Juru Bicara Kemenhan Afghanistan Jenderal Zahir Azimi melalui surat elektronik mengatakan bahwa serangan itu terjadi sekitar pukul 17.00 waktu setempat Sabtu lalu. NATO baru mengumumkan kejadian itu kemarin pagi (30/9). Seorang pejabat AS membenarkan bahwa salah seorang korban tewas adalah tentara dan seorang lainnya kontraktor sipil. Keduanya merupakan warga AS.

Akibat meningkatnya intensitas serangan dari penyusup yang menyamar sebagai tentara, operasi gabungan pasukan AS-Afghanistan awal bulan ini dibatalkan. Baru beberapa hari belakangan ini, permintaan untuk menggelar operasi gabungan disetujui para komandan regional.

Komandan ISAF Jenderal John Allen menyatakan gusar terhadap serangan seperti itu. "Jujur saja, saya amat geram dengan mereka (pelaku yang menyamar tentara atau polisi Afghanistan, Red)," katanya dalam program 60 Minutes di stasiun televisi CBS. Acara itu direkam sebelum serangan dan disiarkan kemarin.

"Kami bersedia banyak berkorban untuk kampanye ini. Tetapi, kami tidak ingin ada (tentara koalisi) yang dibunuh seperti ini," paparnya. Allen menambahkan bahwa seperti yang terjadi dalam perang Iraq, bom rakitan digunakan oleh banyak pelaku di Afghanistan.

Jatuhnya korban itu menjadikan total tentara ISAF yang tewas dalam serangan penyusup berjumlah 52 orang tahun ini. Mereka menjadi korban dalam 36 serangan penyusup. Angka itu setara dengan 15 persen dari total seluruh korban jiwa tahun ini dalam perang di Afghanistan. NATO lantas membeber bahwa sekitar 25 persen serangan dilancarkan militan Taliban yang menyusup dan menyamar sebagai petugas keamanan Afghanistan.

Serangan dari para penyusup tersebut menjadi gangguan bagi para komandan pasukan ISAF. Serangan di Wardak itu juga menunjukkan bahwa meski mereka tidak berpatroli bersama, tentara Afghanistan dan pasukan koalisi tidak pernah terpisah terlalu jauh. Itu merupakan serangan "hijau kepada biru" kali pertama sejak berubahnya sistem patroli bersama di antara militer Afghanistan dan ISAF.

Serangan oleh penyusup seperti mendapat momentum. Sumber di kalangan ISAF menyebut bahwa satu serangan biasanya diikuti dengan serangan susulan lain dalam kurun waktu 48 jam.

Di setiap pangkalan militer Afghanistan, baik kecil atau besar, pasukan internasional terus mengkaji cara interaksi mereka dengan tentara setempat. Misalnya, seberapa dekat harus menjalin komunikasi dengan tentara Afghanistan.

Jumlah korban tak kalah besar juga dialami polisi dan tentara Afghanistan. Mereka tewas di tangan penyusup yang berseragam. Fenomena ini memunculkan kecurigaan soal adanya pemberontak yang merencanakan serangan di tengah-tengah polisi atau tentara Afghanistan. (AP/AFP/BBC/cak/dwi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pesawat Tabrak Burung, Jatuh

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler