Korban yang diketahui bernama Mashudin (48) alias Sando, sempat menjalani operasi selama kurang lebih dua jam di RS Bhayangkara. Korban sendiri dirujuk ke Palu sekitar pukul 01.00 dinihari, setelah dirawat di Puskesmas Tompe.
Korban kemudian menjalani operasi Sekitar pukul 11.00 wita. Sekitar pukul 13.30 wita, korban keluar dari ruang operasi. Dari informasi yang diperoleh korban meninggal sekitar pukul 14.00 wita.
Salah seorang kerabat korban, Anwar Mutakhir ditemui malam tadi di RS Bhayangkara, mengaku baru mengetahui jika keluarganya tersebut meninggal setelah tiba di rumah sakit. Warga Donggala ini, sebelumnya berniat ingin menjenguk korban.
“Saya tahu dia (korban, red) masuk rumah sakit setelah di-SMS (short message service) keluarga di Malei sekitar pukul empat sore. Kebetulan saya di Palu makanya saya mampir ke sini, tapi pas sampai disini dia sudah ada di kamar mayat, katanya sudah meninggal dari jam dua,” sesalnya.
Mashudin, kata dia, memiliki empat orang anak, dan satu orang istri yang baru tiga hari yang lalu melahirkan anak keempat. Untuk itu dia meminta aparat hukum mengusut tuntas dan memberi kejelasan kepada keluarga, terkait kematian korban. “Saya sudah lihat tadi, memang lukanya seperti luka tembak. Luka lobang di perut bagian atas pusat sebelah kanan, tembus ke belakang,” ungkap Anwar.
Jenazah korban di dalam kamar mayat RS Bhayangkara, juga dijaga ketat oleh aparat kepolisian yang berjaga di pintu masuk. Wartawan yang ingin mengambil gambar jasad korban di dalam kamar mayat tidak diizinkan. Rencanannya jenazah korban diberangkatkan ke Desa Malei, sekitar pukul 05.00 wita, hari ini, setalah menjalani otopsi.
Sesaat sebelum meninggalnya Mashudin, beberapa wartawan juga sempat ingin mengambil gambar korban, yang ketika itu masih bernyawa dan dibawa menggunakan kereta dorong kembali ke ruang ICU, namun dihalang-halangi dua orang anggota Sabhara Polres Donggala yang mengawal ketat korban, sehingga menyulitkan wartawan mengambil gambar.
“Tidak boleh ambil gambar di sini,” teriak anggota polisi bersenjata laras panjang tersebut. Padahal para wartawan media cetak dan elektronik, mengambil gambar korban, ketika menuju ruang ICU, dan bukan di dalam ruangan steril rumah sakit.
Terpisah, Kepala RS (Karumkit) Bhayangkara, Kompol dr Muhamad Haris menjelaskan, kondisi warga Desa Malei tersebut, sebelum meninggal memang dalam kondisi kritis akibat pendarahan pada luka di bagian perut. Dalam operasi, korban ditangani dua dokter ahli bedah. Korban sendiri banyak menghabiskan darah, sehingga pihak rumah sakit, harus berupaya mencarikan darah untuk Mashudin.
Dari hasil foto ronsen serta USG yang dilakukan, Haris mengatakan, tidak ada ditemukan benda asing di dalam tubuh korban, seperti proyektil peluru. Korban sendiri, mengalami luka lubang di bagian perut dan satu luka lagi dibagian belakang tubuhnya. “Yang banyak keluar darah, dari luka di perut. Sedangkan luka di belakang tidak ada darah yang keluar,” jelas Haris.
Sebelumnya, Kapolda Sulteng, Brigjen Pol Dewa Parsana, mengaku menerima laporan, masih adanya korban luka lain di Kecamatan Balaesang. Namun jenderal bintang satu ini, belum bisa memastikan penyebab luka yang timbul. “Ada empat orang lagi katanya yang sempat dirawat di Puskesmas setempat, namun sudah rawat jalan. Belum bisa kami pastikan penyebab lukanya,” terang Kapolda.
Terkait informasi menyebutkan kelima warga itu terkena peluru petugas kepolisian, Kapolda menjelaskan, bahwa pihaknya telah membentuk tim investigasi, yang dipimpin Irwasda Polda Sulteng, serta melibatkan Propam Polda, guna menyelidiki prosedur penanganan keamanan yang dilakukan polisi di lapangan. “Nanti kita lihat hasil dari tim yang turun. Jika memang ada pelanggaran prosedur yang dilakukan, pasti akan ada tindakan yang kami lakukan,” imbuhnya. (agg)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jual Lukisan untuk Gedung KPK
Redaktur : Tim Redaksi