JOOLS masih bayi ketika ibu angkatnya melihatnya menyentuh dirinya sendiri dan memutuskan untuk memutilasi alat kelamin perempuan ini.

Jools mengatakan, orangtua angkatnya adalah ‘Kristen fundamentalis yang konservatif’, dan secara rutin menyiksanya.

BACA JUGA: Membicarakan Kematian Bisa Membuat Hidup Lebih Bahagia

Kini, sebagai korban mutilasi alat kelamin perempuan (FGM), ia adalah salah satu dari banyak pemohon akses ke operasi pemulihan klitoris – yang belum tersedia di Australia - untuk mengembalikan fungsi seksualnya.

"Sebagai dampak emosional dan psikologis, peristiwa itu pergi mengenai identitas diri Anda dan bagaimana Anda mengidentifikasi tubuh Anda serta bagaimana hal itu mempengaruhi hidup Anda," tuturnya.

BACA JUGA: Ilmuwan Temukan Obat Baru Perlambat Kemunduran pada Penderita Demensia


Seorang perempuan yang memegang pisau untuk memotong alat kelamin. (Foto: AFP)

Tidak ada data yang pasti tentang tingkat kelaziman FGM di Australia; Pusat Multikultural bagi Kesehatan Perempuan mengatakan, bukti itu lebih anekdot dari statistik.

BACA JUGA: Penyair Omar Musa Bersaing Raih Book of the Year di Canberra

Namun, laporan terbaru dari Lembaga Pendidikan Nasional untuk Mutilasi/Pemotongan Kelamin Perempuan di Australia (NETFA) menemukan, aksi ini terus menurun dan tak ada bukti bahwa hal itu terjadi di negara bagian Victoria.

Dengan jumlah tindakan yang menurun, fokus bagi Australia, saat ini, adalah pencegahan, meskipun kelompok kampanye ‘No FGM Australia’ mengatakan, prioritasnya juga harus berada di operasi penyembuhan.

"Saya pikir itu adalah hak asasi manusia bagi perempuan untuk memiliki akses ke operasi ini, jika mereka menginginkannya. Dan pada saat ini ada beberapa hambatan untuk membuat operasi ini tersedia bagi para korban di Australia,” ujar Paula Ferrari, direktur ‘No FGM Australia’.

Menurut PBB, operasi pemulihan klitoris dikembangkan pada tahun 2004 oleh ahli urologi Perancis, Dr Pierre Foldes.

Operasi itu mengurangi rasa sakit yang terkait dengan FGM dan bisa memungkinkan perempuan untuk mendapatkan kembali sensitivitas klitoris mereka.

Dr Pierre mengoperasi sekitar 200 perempuan per tahun, dan lembaga No FGM Australia, baru-baru ini, melobi Sekolah Kebidanan dan Ginekologi Australia dan Selandia Baru (RANZCOG) untuk membawa operasi itu ke Australia.

Namun dalam respon email, Greg Jenkins, seorang dokter kandungan dan ginekolog dari cabang New South Wales dari sekolah itu menulis: "Pemahaman saya adalah bahwa setelah meninjau literatur tentang rekonstruksi klitoris pada perempuan yang telah mengalami FGM ... tak ada bukti yang jelas tentang manfaatnya."

Seorang juru bicara Departemen Kesehatan Australia mengatakan, restorasi klitoris ‘secara teknis tercakup dalam istilah vulvoplasty' dan tersedia di bawah jaminan kesehatan ‘Medicare’.

"Pemerintah Australia percaya, warga Australia layak mendapat sistem kesehatan kelas dunia dengan akses layanan terjangkau layanan yang diberikan oleh dokter, perawat dan profesional kesehatan terkait yang sangat terampil," ujarnya dalam sebuah pernyataan.

Tak ada agama yang membenarkan FGM

RANZCOG mengatakan, hal yang terbuka bagi ahli bedah untuk mempelajari teknik baru, yang akan memperbaiki kehidupan korban.

Menurut perguruan tinggi ini, ada empat rumah sakit khusus di Australia yang mengkhususkan diri dalam perawatan FGM melalui pendekatan holistik.

Mereka ada di Sydney, Melbourne dan Perth dan memberi para korban perawatan psikologis dan berkelanjutan.

"Kami telah mengidentifikasi bahwa ada kebutuhan untuk itu dan kami bekerja ke arah sana," ungkap Dr Nesrin Varol, dokter kandungan yang bekerja dengan RANZCOG.

Perguruan tinggi ini juga meluncurkan sebuah modul pembelajaran elektronik atau ‘e-learning’ baru yang didedikasikan untuk penanganan FGM, pada awal Juli.

Dr Nesrin mengatakan, FGM adalah gejala dari kemiskinan dan ketidaksetaraan gender, dan data global menunjukkan, banyak pria dan perempuan ingin agar praktek ini dihentikan.

"Ini mendahului semua agama besar - Islam, Kristen, Yahudi -. Jadi tak ada agama yang membenarkan ini, dan saya pikir penting untuk memahami itu, karena itu adalah kesalahpahaman umum,” utaranya.

Bagi Jools, salah satu masalah yang mendesak adalah anggapan bahwa FGM hanya terjadi pada komunitas tertentu.

FGM, menurutnya, merupakan bentuk pelecehan anak dan bisa terjadi di masyarakat mana saja.

"Bagaimana kemungkinannya saya menjadi satu-satunya perempuan dalam sejarah negeri ini, dan berkulit putih, bahwa hal itu terjadi?," sebutnya.(admin)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Brigitte Bardot Kecam Rencana Australia Musnahkan 2 Juta Ekor Kucing Liar

Berita Terkait