Korban Pembakaran Rumah di Malei Protes

Sabtu, 21 Juli 2012 – 03:26 WIB
PALU – Pernyataan Ketua KNPI Donggala, terkait permasalahan di Kecamatan Balaesang Tanjung, Donggala menuai protes dari warga setempat. Warga yang merupakan korban pembakaran rumah di Desa Malei, Kecamatan Balaesang ini, menilai Ketua KNPI Donggala tidak mengetahui kondisi yang sebenarnya terjadi di lapangan.

Empat orang warga Desa Malei itu, masing-masing Mahfud, Zainudin, Ruslin dan Jamal Jumat kemarin, sengaja mengunjungi Radar Sulteng, guna mengklarifikasi pernyataan Ketua KNPI Donggala, Mohammad Aswan, yang sebelumnya dimuat media ini.

Mahfud, salah satu warga yang rumahnya dibakar massa di Desa Malei, mengatakan, pernyataan Aswan di media, seolah-olah mendukung adanya aksi anarkis warga di Desa Malei. “Rumah kami sudah dibakar,  sekarang dia (Aswan,red) bicara, agar polisi segera ditarik. Itu sama saja dia mendukung adanya kebrutalan di sana. Dan pernyataan dia bukan mewakili pemuda Donggala, meskipun dia Ketua KNPI,” kata Mahfud.

Masih menurut dia, Aswan yang juga anggota DPRD Donggala itu, tidak sepantasnya memberikan tanggapan, jika tidak ada pada saat kejadian, yang justru menyudutkan pihak keamanan. Petugas keamanan, kata Mahfud, telah bertindak sesuai prosedur, melakukan penegakan hukum, dengan mencari para pelaku pembakaran rumah warga di Dusun II Desa Malei. “Sudah empat kali polisi ditarik di desa kami. Dan tiap polisi ditarik, pasti dusun kami yang jadi sasaran pengrusakan. Kalau polisi ditarik lagi, maka dia juga mendukung kerusuhan di sana,” ucap warga.

Total kata dia, ada 16 rumah warga di Dusun II, yang rusak akibat  amuk massa yang kontra terhadap PT CMA. Lanjut Mahfud, warga yang menjadi korban pembakaran rumah, tidak mempermasalahkan dibakarnya dua unit ekskavator milik perusahaan, namun yang disesalkan rumah warga yang ikut dibakar. “Kami ini tidak tahu apa-apa, malah rumah kami yang dirusak dan dibakar. Sekarang keluarga kami harus mengungsi ke tempat-tempat aman, tanpa tahu sampai kapan harus mengungsi,” terangnya.

Tidak hanya itu, keempat warga tersebut, juga meminta aparat kepolisian, bertindak cepat menangkap salah satu aktor intelektual, yang telah memprovokasi warga dari Dusun lain, sehingga melakukan pengrusakan terhadap rumah sejumlah warga di Dusun II. “Saya tahu siapa orangnya, kalau diminta kepolisian menunjukan orangnya, saya siap membantu. Dia ini dahulu yang membawa masuk PT CMA ke kampung kami, sekarang dia malah berbalik memprovokasi warga untuk menolak adanya CMA,” pungkas Mahfud.

Saat ini, sejumlah warga di Dusun II, Desa Malei masih takut untuk kembali ke rumah, dan masih mengungsi di rumah keluarga masing-masing di luar daerah tersebut. Sebab, isu yang berhembus, menyebutkan, jika seluruh rumah di dusun itu, akan dihancurkan, karena dianggap pro terhadap perusahaan tambang. (agg)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Seorang Pria Tewas Misterius di Mimika

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler