JAYAPURA - Setidaknya ada dua keluarga dari pihak korban rentetan kasus penembakan di Kota Jayapura yang sudah mengadu ke Komnas HAM Papua atas kasus penembakan yang menimpa keluarga mereka.
Plt. Sekretaris Komnas HAM Papua, Frits Ramandey mengakui telah ada pihak-pihak dari keluarga korban yang menyampaikan pengaduannya kepada Komnas HAM Papua.
Tentang identitas keluarga korban yang mengadu ke Komnas HAM ini, Frits enggan menyebutkannya, sebab keluarga korban sendiri meminta agar namanya tidak dipublikasikan.
Atas pengaduan ini, pihaknya telah membentuk tim untuk melakukan investigasi terhadap pengaduan-pengaduan itu. Tim ini juga akan berperan aktif untuk melihat sejauh mana langkah-langkah institusi negara yang ada di Papua dalam menjaga dan mengungkap pelaku penembakan tersebut.
Dikatakannya, dari hasil investigasi terhadap beberapa keluarga korban, dan masyarakat di Kota Jayapura, mereka mengganggap rasa aman sangat terganggu.
Beberapa pertemuan antara Komnas HAM dengan beberapa pihak yang telah dilakukan pascapenembakan itu, terungkap bahwa ada situasi yang sengaja diciptakan untuk membenturkan masyarakat di Papua.
"Oleh karena itu kami berharap agar solidaritas antara masyarakat tetap dijaga dan memberikan dukungan penuh kepada aparat kepolisian untuk menangkap para pelaku itu," tuturnya.
Komnas HAM Papua juga mengapresiasi kepada pihak kepolisian yang telah menangkap tiga orang yang diduga terlibat dalam kasus penembakan di Pantai Base G pada bulan lalu. Komnas HAM juga berharap pihak TNI lebih lebih serius dalam membantu pengungkapan pelaku yang masih ada.
Polresta juga diminta untuk menyebarkan nomor telepon ke masyarakat, sehingga masyarakat dapat sesegera mungkin menginfiormasikan kepada aparat, apabila menemukan hal-hal yang mencurigakan. "Masyarakat juga harus proaktif," tegasnya.
Kepada wali kota dan gubernur, Frits meminta segera memberi dukungan kepada aparat, karena situasi ini sudah meresahkan dan mengganggu rasa aman. "Eskalasinya sangat tinggi karena pelaku menggunakan senjata, sehingga telah dan sedang meresahkan masyarakat," katanya.
Atas nama kemanusiaan, pihaknya menyeruhkan kepada pelaku penembakan yang disebut-sebut OTK itu untuk berpegang teguh pada kemanusiaan, dan segera menghentikan aksinya. "Mari kita junjung tinggi HAM di tanah Papua," tukasnya.
Terkait pengungkapan kasus ini, kepada pihak aparat kepolisian agar tetap menjalankan tugas sesuai protapnya, sehingga tidak terjadi korban baru lagi.
"Kami berharap pelaku ditangkap dalam keadaan hidup, sehingga dapat mengungkap skenario tindakan di Kota Jayapura dan dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya di depan hukum," imbuhnya.
Sementara itu, Ketua Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Badan Koordinasi Papua dan Papua Barat, Ahmad Anton Bauw mengutarakan bahwa dari banyaknya aksi kriminal bersenjata ini tentunya masyarakat kini hanya mengandalkan aparat kepolisian untuk mengungkap pelakunya.
Dikatakannya, pada pemberitaan sebelumnya pihak Polda Papua sempat menyampaikan telah mengamankan tiga orang yang diduga sebagai pelaku, namun keesokan harinya masih terjadi penembakan sehingga apakah polisi dalam perkara ini tepat dalam menangkap orang atau pelaku utamanya memang belum terungkap.
Menurut Anton, dari kasus yang belum terungkap seluruhnya ini, tentu ada penderitaan yang dirasa korban. "Nah saat ini semua korban yang sudah jatuh siapa yang bertanggungjawab atas nasib mereka. Selama ini korban hanya menanggung sendiri biaya pengobatan, padahal siapa pun tentu tak menginginkan ini. Jadi paling tidak ada langkah keprihatinan yang diberikan oleh pemerintah untuk mereka, khususnya para korban penembakan," kata Anton di kantor DPRP kemarin.
Ia juga menyayangkan sikap organisasi HAM yang hingga kini tak bersuara. Padahal korban yang terluka maupun tewas adalah manusia. Ia juga mempertanyakan soal eksistensi dan kinerja satuan intelijen yang tidak bisa mengantisipasi atau mengungkap rentetan kasus penembakan itu. (cr-177/ade/fud)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dipukuli Tiap Hari, Gaji Tak Dibayar
Redaktur : Tim Redaksi