Korupsi di Eropa Diyakini Makin Menggila

Selasa, 04 Februari 2014 – 22:33 WIB

jpnn.com - LONDON - Lebih dari tiga per empat warga Uni Eropa (UE) yakin korupsi tersebar luas di negara-negara bagian benua biru itu. Ini menyusul temuan Badan Eksekutif UE tentang korupsi yang telah menyentuh banyak bagian dari kehidupan sehari-hari di negara-negara Eropa, mulai dari pengadaan kontrak di pemerintahan hingga pembiayaan partai politik.

Tingkat korupsi di Eropa ternyata sangat besar dan diperkirakan menyebabkan kerugian atas perekonomian Uni Eropa sekitar 120 miliar euro setiap tahunnya atau sekitar 1.920 triliun per tahun.

BACA JUGA: Singapura Jadi Negara Asing Investasi Terbesar Kedua

Anggota Komisi Uni Eropa, Cecilia Malmstroem dalam tulisannya di surat kabar Swedia, Goeteborgs-Posten menyebut korupsi telah mengikis kepercayaan dalam demokrasi dan menguras sumber daya dari pereknomian. Laporan itu didasarkan pada survei korupsi di 28 negara anggota Uni Eropa. Empat dari 10 pengusaha yang ikut survei itu menggambarkan korupsi sebagai salah satu halangan untuk berbisnis di Eropa.

"Tingginya masalah di Eropa membuat kita prihatin walau Swedia merupakan satu dari beberapa negara dengan masalah terkecil," tulis Malmstroem seperti dilansir BBC, Senin (3/2).

BACA JUGA: Kota Ini Perangi Obesitas dengan SMS

Komisi Eropa mengatakan untuk pertama kalinya menerbitkan laporan seperti itu yang juga berisi saran-saran untuk mengatasi korupsi. Malmstroem mengatakan, di beberapa negara prosedur pembelian oleh pemerintahan amat terbuka untuk penipuan. Sedangkan di negara lainnya, masalah pendanaan yang menjadi masalahnya.

Sementara di sejumlah negara para pasien harus membayar sogokan untuk mendapatkan pengobatan. "Laporan itu menunjukkan dengan jelas tingkat korupsi berbeda dari satu negara anggota ke negara anggota lain, tetapi korupsi terjadi di semua negara anggota. Tidak ada negara yang bebas korupsi," tukas Malmstroem.

BACA JUGA: Janet Yellen Jadi Perempuan Pertama di Puncak The Fed

Laporan itu disusun berdasarkan persepsi dan pengalaman korupsi yang dialami warga negara dan perusahaan Uni Eropa. Meskipun tidak memeringkat 28 anggota Uni Eropa, laporan tersebut menemukan bahwa persepsi korupsi tertinggi di ada di Yunani, Spanyol, Italia dan Republik Ceko.

Sedikitnya delapan persen warga Eropa mengaku telah mengalami atau menyaksikan korupsi selama 12 bulan terakhir. Sedangkan  40 persen dari perusahaan-perusahaan Uni Eropa menganggap korupsi sebagai masalah dalam berbisnis.

Laporan itu juga menunjukkan bagaimana negara-negara dapat menindak korupsi dan menawarkan contoh praktik-praktik terbaik. Namun, laporan itu tidak menyerukan adanya sanksi atau reformasi hukum.

Meski demikian Malmstroem yakin itu akan memicu diskusi dan tindakan di kalangan negara-negara anggota Uni Eropa. "Tentu saja, dibutuhkan lebih dari sebuah laporan untuk memberantas korupsi. Tetapi sementara kita mencari jalan keluar dari krisis ekonomi, ini bisa menjadi alat. Kita tidak boleh diam saja, karena kalau kita tidak bertindak, resikonya terlalu besar," kata Malmstroem.(esy/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... 400 Lumba-Lumba Ditemukan Mati di Pantai Peru


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler