Koster dan Ganjar Menolak Timnas Israel

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Jumat, 24 Maret 2023 – 19:34 WIB
Logo Piala Dunia U-20 2023 Indonesia. Foto: PSSI

jpnn.com - Gelombang penolakan terhadap kedatangan tim nasional sepak bola Israel ke Indonesia makin kuat.

Dua gubernur yang menjadi tuan rumah perhelatan Piala Dunia U-20 tegas menolak kedatangan Timnas Israel ke Indonesia.

BACA JUGA: Awam Ramai-Ramai Kecam Timnas Israel, Begini Kata Guru Besar Universitas Indonesia

Ganjar Pranowo dari Jawa Tengah dan I Wayan Koster dari Bali tegas menyatakan penolakannya.

Turnamen Piala Dunia U-20 akan digelar di Indonesia 20 Mei sampai 11 Juni 2023.

BACA JUGA: Jelang Pelaksanaan Piala U-20, Dubes Palestina Temui Jokowi di Istana, Bahas Apa?

Ada enam kota yang akan menjadi tuan rumah, yaitu Jakarta, Surabaya, Bandung, Solo, Denpasar, dan Palembang.

Putaran final Piala Dunia U-20 akan diadakan di Indonesia, diikuti 24 perserta, salah satunya adalah Israel.

BACA JUGA: Dukungan Tokoh Muhammadiyah Jateng untuk Sikap Ganjar Tolak Israel di Piala Dunia U-20

Beberapa hari terakhir muncul perdebatan ramai di masyarakat mengenai kehadiran timnas Israel ke Indonesia. 

Jauh-jauh hari PSSI (Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia) sudah menegaskan akan menjamin keamanan Timnas Israel di Indonesia.

Ketika itu jabatan ketua PSSI masih dipegang oleh Mochamad Iriawan alias Iwan Bule.

Pernyataan ini langsung memicu reaksi keras.

PSSI tidak selayaknya mengeluarkan pernyataan semacam itu, karena hal itu tidak berada dalam kewenangannya.

 Pernyataan dari Iwan Bule itu bukan sekadar offside, tetapi sudah keluar dari lapangan permainan.

PSSI sebagai federasi tidak punya kewenangan secuil pun untuk mengurusi perizinan Timnas Israel dan tim peserta lainnya.

Urusan Israel adalah urusan diplomasi politik internasional pemerintah Indonesia.

Setelah Iwan Bule lengser dan muncul kepengurusan baru di bawah Erick Thohir, jaminan serupa terdengar lagi.

Kali ini datang dari Zainudin Amali yang ketika itu masih menjabat sebagai menteri pemuda dan olahraga.

Zainudin terpilih sebagai wakil ketua umum PSSI, dan sekarang memilih mengundurkan diri dari posisi menteri dan fokus ke PSSI.

Pernyataan Zainudin Amali juga mendapat reaksi keras dari sebagian kalangan.

Pernyataannya dianggap offside karena di luar kewenangannya sebagai menpora.

Menjamin keamanan Timnas Israel berarti memastikan bahwa Timnas Israel akan diizinkan masuk ke Indonesia.

Suasana makin hangat. MUI (Majelis Ulama Indonesia) menolak kehadiran Timnas Israel.

Muhammadiyah juga menyiratkan penolakan.

Beberapa ormas Islam juga bersuara serupa.

Kehadiran timnas Israel melanggar undang-undang keimigrasian karena Indonesia tidak mempunyai hubungan diplomatik dengan Israel.

Menerima kedatangan Timnas Israel berarti melanggar UUD 1945, karena amanat pembukaan UUD menolak penjajahan dan penindasan yang tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan prikeadilan.

Aksi penolakan mulai bemunculan, salah satunya dari Alumni 212 sudah mengadakan unjuk rasa di Jakarta.

Menpora Ad Interim Muhadjir Effendy mulai menjaga jarak dari isu sensitif ini.

Dia menolak berkomentar ketika ditanya mengenai hal itu.

Katanya hal itu menjadi urusan kementerian luar negeri.

PSSI pun mulai menjaga jarak aman.

Ratu Tisha Destria, wakil ketua umum, tidak berani lagi membikin pernyataan jaminan.

Dia memilih aman dengan menyerahkan hal itu kepada pemerintah.

Dari pihak pemerintah terlihat masih mencoba cari dan curi cara untuk mengakali masalah ini.

Ali Mochtar Ngabalin yang menjadi juru bicara pemerintah mempertanyakan logika penolakan kedatangan Timnas Israel.

Seperti biasanya, Ngabalin bertugas sebagai bemper pemerintah.

Karena itu, dia memasang badan terhadap berbagai serangan yang muncul.

Penolakan yang keras muncul dari sumber yang tidak terduga.

PDIP sebagai partai pemerintah tegas menolak kedatangan Timnas Israel.

Hal yang sama dilakukan oleh Wayan Koster dan Ganjar Pranowo.

Bali dijadikan alternatif venue pertandingan Timnas Israel karena dianggap sebagai bagian dari ‘’zona aman’’ untuk mengadakan pertandingan sepak bola yang melibatkan Israel.

Bali dianggap wilayah netral, dan karena itu diam-diam Bali dipilih segagai lokasi.

Akan tetapi, di luar dugaan Wayan Koster menolak keras.

Dalam surat yang dikirimkan kepada pemerintah Koster menegaskan bahwa menerima kehadiran timnas bertentangan dengan konstitusi Indonesia, dan karena itu Koster meminta agar pemerintah menolak kehadiran Timnas Israel.

Rupanya muncul salah persepsi di PSSI maupun pemerintah yang mengira bahwa penolakan ini hanya urusan umat Islam.

Karena itu, dengan menempatkan pertandingan Timnas Israel di Bali persoalan dianggap selesai, karena penduduk Bali mayoritas Hindu.

PSSI dan pemerintah terlihat gagal paham menghadapi persoalan ini.

Penempatan venue di Bali mengesankan bahwa PSSI dan pemerintah memperhadapkan umat Hindu dengan umat Islam.

Cara pandang semacam ini bisa menjadi faktor divisive yang memecah belah.

Wayan Koster mencium gelagat pecah belah ini, dan dengan tangkas menolak menjadi tuan rumah.

Langkah ini menjadi pukulan telak bagi pemerintah dan PSSI.

Pukulan telak lainnya muncul dari Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang juga tegas menolak kehadiran Timnas Israel.

Penolakan Ganjar ini menjadi pukulan telak karena pertandingan Piala Dunia U-20 akan diselenggarakan di Stadion Manahan Solo.

Wilayah Solo berada di bawah kekuasaan Walikota Gibran Rakabuming, anak mbarep Presiden Joko Widodo.

Sementara, Kaesang Pangarep, anak ragil Jokowi, juga menjadi penguasa Persis Solo yang bermarkas di Stadion Manahan.

Dengan memilih Solo, pemerintah merasa aman dan terjamin.

Penolakan Ganjar membuat PSSI dan pemerintah kelabakan.

PDIP yang menjadi partai induk Koster dan Ganjar juga sudah tegas menolak kehadiran Timnas Israel.

Penolakan PDIP dan dua gubernur ini akan membawa efek bandwagon yang besar.

Empat gubernur lainnya masih belum bersuara.

Akan tetapi, Ridwan Kamil dari Jawa Barat sudah didesak untuk segera bersikap tegas.

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi memilih posisi aman dan lebih menunggu keputusan pemerintah pusat.

Akan tetapi, sebagai kader PDIP, Eri mau tidak mau harus mengambil garis yang sejalan dengan partai.

Bola panas sekarang berada di kaki Erick Thohir sebagai ketua umum PSSI makin terdesak.

Maunya menjadikan Piala Dunia sebagai panggung politik, tetapi sekarang Erick terkepung dan berada pada posisi serba-sulit.

Mencoret Timnas Israel berarti berhadapan dengan FIFA (federasi sepak bola dunia), menerima Timnas Israel berarti melanggar konstitusi. (**)


Redaktur : M. Kusdharmadi
Reporter : Cak Abror

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler