Kotoran Telinga Bisa Jadi Indikator Kesehatan

Kamis, 03 April 2014 – 12:01 WIB

jpnn.com - BAGI banyak orang, kotoran telinga hanyalah sekresi tubuh manusia yang harus dibersihkan dan jangan sampai menyumbat telinga. Namun, tahukah bahwa bau dari kotoran telinga ternyata juga bisa jadi indikator kesehatan?

Membersihkan telinga dari kotoran ibarat membuang informasi penting. Berdasarkan penelitian dii Monell Chemical Senses Center, Philadelphia, Amerika Serikat, kotoran telinga dari berbagai ras memiliki bau tertentu yang dapat menjadi indikator tentang kesehatan seseorang.

BACA JUGA: Kanker Tenggorokan: Akibat Rokok atau Seks Oral?

Penelitian telah menunjukkan bahwa gen yang terkait dengan kecenderungan seseorang untuk memiliki bau ketiak -disebut ABCC11- juga terkait dengan warna dan tekstur kotoran telinga mereka. Salah satu varian dari ABCC11 yang biasanya ditemukan pada orang keturunan Asia Timur, menyebabkan kotoran telinga kering, berwarna putih dan bau badan kurang.

Sedangkan varian lain dari gen yang sebagian besar ditemukan di antara orang-orang keturunan Afrika dan Eropa, menyebabkan kotoran telinga menjadi basah dan berwarna kuning kecokelatan, dan juga lebih mungkin menyebabkan bau badan.

BACA JUGA: Gaya Bicara Pengaruhi Kemampaun Bicara Anak

Dalam studi yang mengaitkan bau badan dengan penyakit, ABCC11 telah menjadi hubungan antara keduanya. Sebagai contoh, sebuah studi 2009 yang dipublikasikan dalam The FASEB Journal menemukan varian gen yang menyebabkan ketiak berbau dan kotoran telinga basah juga terkait dengan peningkatan risiko kanker payudara.

"Ternyata, jenis kotoran telinga telah dikaitkan dengan gen yang mengarah ke bau ketiak seseorang. Ini mungkin menjadi petunjuk menyelamatkan nyawa dengan deteksi dini dan pengobatan kanker payudara," kata Dr. Gerald Weissmann, seperti dilanisr laman Medical Daily, Rabu (3/4).

BACA JUGA: Sering Tonton TV, Pengaruhi Kesehatan Mental Anak

Para peneliti mengambil sampel kotoran telinga dari 16 laki-laki, yang setengahnya adalah orang Asia Timur dan setengahnya lagi orang Eropa. Kemudian sampel itu dipanaskan dalam botol sampai mulai melepaskan bau.

Bau yang secara molekuler dikenal sebagai senyawa organik volatil (volatile organic compounds atau VOC) itu kemudian dianalisis melalui spektrometri massa gas kromatografi yang mengidentifikasi setiap molekul. Hasil pengujian menunjukkan bahwa 12 VOC hadir di antara semua laki-laki.

Diketahui pula adanya perbedaan yang jelas antara kedua kelompok etnis, seperti 11 dari 12 VOC hadir pada konsentrasi yang lebih tinggi pada laki-laki berkulit putih dibandingkan dengan pria Asia.

Karena kotoran telinga dibuat dari campuran keringat dan lemak. Para peneliti percaya bahwa hal itu bisa menjadi sumber untuk tahap awal penyakit.(fny/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Nikotin Mengalabui Otak Perokok


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler