"Penyelamatan aset negara Rp152 triliun, dalam bentuk bangunan, rumah, tanah dan aset-aset lainnya," kata Johan dalam seminar "Komunikasi dan Permasalahan Korupsi di Indonesia", di Universitas Mercubuana, Jakarta, Sabtu (7/7).
Dijelaskan Johan, pengembalian uang dan aset negara itu perlu di apresiasi sebagai sebuah prestasi KPK. Kendatia, Johan mengakui prestasi itu masih jauh dari harapan masyarakat. Sebab, masih tertutupi oleh banyaknya kasus korupsi yang tetap terjadi. Namun demikian, Johan menegaskan, tidak benar KPK lebih banyak menggunakan anggaran ketimbang mengembalikan uang negara. "Meskipun memang KPK bukan lembaga profit oriented," kata Johan.
Penggiat Antikorupsi Wijayanto, menambahkan, sejauh ini KPK sudah melakukan upaya yang luar biasa dalam memberantas korupsi. Wijayanto tidak sepakat bila keberhasilan KPK diukur dengan ukuran rupiah yang berhasil ditarik atau diselamatkan. "Namun, KPK sudah memberikan optimisme yang luar biasa. Optimisme sebagai bangsa," kata Wijayanto di kesempatan yang sama.
Ketua Kelompok Regulasi Direktorat Hukum dan Regulasi PPATK, Fithriadi Muslim, mengatakan, hasil kejahatan korupsi merupakan darah yang menghidupi kejahatan. Karenanya, aliran darah itu perlu diputus dan dihentikan. Sebab, harta kekayaan hasil kejahatan adalah titik terlemah dari rantai kejahatan.
Johan Budi menambahkan, KPK berupaya untuk mengubah perilaku korup di masyarakat. Karenanya, lembaga yang dipimpin Abraham Samad itu terus berusaha menindak pada koruptor dengan hukuman yang dapat memberikan efek jera.
"Misalnya kemarin KPK sudah menangkap Bupati Buol, KPK tidak hanya menangkap di Jakarta saja, tapi juga di Riau, Buol, Semarang, dan daerah lainnya. Agar ada efek jera," pungkasnya. (boy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Gempa 8,9 SR di Jepang Hanya Berita Sampah
Redaktur : Tim Redaksi