Fenomena kemenangan golput juga terjadi pada pilkada DKI Jakarta 2012. Jumlah golput dalam pemungutan suara 11 Juli 2012 lalu sebanyak 2,5 juta orang atau 36,7 persen dari jumlah pemilih terdaftar. Sedangkan peraih suara terbanyak pasangan Joko Widodo-Basuki T Purnama dipilih oleh 1.847.157 orang atau sekitar 26,5 persen dari total jumlah pemilih terdaftar.
Ketua Pokja Pemungutan dan Penghitungan Suara KPU DKI Jakarta, Sumarno mengatakan bahwa tingginya angka golput merupakan bentuk ketidakpercayaan masyarakat pada sistem yang ada. Menurut Sumarno, kebanyakan pemilih yang tidak menggunakan hak suaranya melakukan itu dengan sengaja.
"Golput itu kan fenomena biasa masyarakat perkotaan yang memang cukup kritis menilai sesuatu, bukan karena mereka tidak tahu kapan pelaksanaan pilgub," ujar Sumarno saat ditemui dikantornya, Minggu, (22/7).
Sikap kritis yang dimaksud Sumarno terkait penilaian terhadap pasangan calon ataupun partai politik yang mengusung. Selain itu warga juga mengkritisi penyelenggaraan pemerintah secara luas yang tidak mampu membuat perubahan. "Atau mereka menganggap penyelenggara pemerintah tidak kredibel, korup atau tidak percaya pada pemerintah," paparnya.
Sumarno pun menolak jika pihaknya selaku penyelenggara dianggap bertanggungjawab atas tingginya angka golput. Menurutnya, KPU DKI sudah melakukan sosialisasi mengenai tahapan penyelenggaraan pilkada DKI Jakarta dengan maksimal.
Masih menurut Sumarno, mayoritas pemilih golput adalah masyarakat kelas menengah atas yang tingkat pendidikannya tinggi dan memiliki akses terhadap informasi. Ia menilai, pemilih yang tidak menggunakan hak suaranya karena tidak tahu atau kurang sosialisasi jumlahnya sangat kecil. "Kalau pun ada yang golput karena tidak tahu, itu sangat kecil angkanya," imbuhnya. (dil/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jokowi Gencar Sahur dan Buka Puasa Bersama
Redaktur : Tim Redaksi