Krakatau Steel Bangun Pabrik Baru

Rabu, 16 Mei 2012 – 10:39 WIB
JAKARTA – PT Krakatau Steel (KS)  akan merealisasikan pembangunan pabrik bijih besi dengan sistem tanur tinggi (blast furnace) pada semester pertama 2012. Guna membantu membiayai proyek pabrik baru tersebut, tiga bank milik pemerintah sepakat memberikan pinjaman sindikasi hingga USD 450 juta (Rp  4,16 triliun).

Dalam kredit sindikasi ini, Bank Mandiri memberikan kontribusi terbesar yaitu USD 300 juta. Sedangkan BNI mengucurkan kredit sebesar USD 100 juta, dan BRI sebesar USD 50 juta.
Pinjaman yang disalurkan Bank Mandiri terdiri atas kredit komersial tranche A yang berjangka waktu 6 tahun senilai USD 100 juta, termasuk sub limit fasilitas L/C USD 50 juta. Serta pinjaman siaga (standby loan) tranche B berjangka waktu 8 tahun senilai USD 200 juta.

Penandatanganan perjanjian dilaksanakan oleh Direktur Corporate Banking Bank Mandiri Fransisca Nelwan Mok, Direktur Business Banking BNI Krishna Suparto, Direktur Bisnis Kelembagaan & BUMN BRI Asmawi Syam, dan Direktur Utama Krakatau Steel Fazwar Bujang di Jakarta.

Fazwar mengatakan, pabrik blast furnace ini akan memiliki kapasitas 1,2 juta ton bijih besi per tahun. "Bahkan jika dimaksimalkan kapasitasnya bisa mencapai 1,4 juta ton tiap tahunnya," katanya.

Pabrik blast furnace ini diharapkan meningkatkan produksi komoditas bijih besi lokal untuk kebutuhan dalam negeri yang terus meningkat. Serta mengoptimalkan bahan baku lokal sehingga nantinya bisa meningkatkan margin KS.

Direktur Corporate Banking Bank Mandiri Fransisca Nelwan Mok mengatakan, dukungan Bank Mandiri ini diharapkan dapat meningkatkan produksi besi baja Krakatau Steel dalam memenuhi kebutuhan pasar. Terutama kebutuhan domestik untuk mendukung percepatan penyediaan infrastruktur di Indonesia. "Penguatan sektor manufaktur dalam mendukung penyediaan infrastruktur menjadi prasyarat utama bagi Indonesia untuk mendorong peningkatan investasi, terutama di sektor riil," kata Fransisca.
 
Sektor manufaktur seperti industri besi baja, lanjutnya, menjadi salah satu kebutuhan utama dalam percepatan pembangunan nasional yang tertuang dalam Master Plan Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)."Pada segmen industri kelas menengah, kebutuhan baja terintegrasi akan terus meningkat. Ditambah lagi produksi baja jenis khusus untuk industri pertahanan keamanan. Inilah salah satu alasan kami menjadikan manufaktur sebagai sektor yang prospektif untuk pembiayaan ke depan," kata Fransisca.
 
Hingga Maret 2012, pembiayaan Bank Mandiri di sektor pengolahan bahan logam telah mencapai Rp 6,57 triliun. Meningkat 23 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 5,34 triliun. Secara keseluruhan, portofolio kredit Mandiri ke sektor manufaktur pada triwulan pertama 2012 mencapai Rp 64,6 triliun atau tumbuh 18,1 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 54,7 triliun. (dri)
BACA ARTIKEL LAINNYA... SSJ 100 Bisa Senasib Tu-144, Ditarik dari Pasar

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler