Kredit Maju Pesat, NPL Nyaris Nol Persen

Kamis, 07 Juni 2012 – 05:34 WIB

JAKARTA - Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Nasari mengalami perkembangan yang sangat signifikan. Signifikasinya bisa dilihat dari asetnya yang sudah menembus Rp 600 miliar. Padahal, nominal itu baru dari sektor simpan pinjam saja. Belum lagi dari sektor lainnya seperti properti, media massa, hingga bank perkreditan rakyat (BPR).

“KSP Nasari membuktikan diri sebagai koperasi yang mengalami perkembangan pesat. Jumlah anggota maupun penyaluran kreditnya bagus. Jumlah anggotanya sekitar 95,861 orang pada April 2012 kini sudah menembus 107,316 orang. Jika penyaluran kredit selama 2011 mencapai Rp 394,4 miliar, maka ditargetkan selama periode 2012 akan menembus Rp 1,63 triliun. Total aset KSP Nasari selama 2011 sebesar Rp 600 miliar. Sampai April 2012, asetnya sebanyak Rp 800 miliar,” rinci Frans Meroga, Direktur Operasional Nasari Group pada laporan kinerja Koperasi Nasari di Jakarta, Rabu (6/6).

Karena itu, lanjut Frans, manajemen menargetkan peningkatan aset sebesar Rp 1 triliun pada 2012. Untuk aset dari bisnis lain, manajemen Nasari Group yang karib dengan sebutan Sentra KUKM Nasari belum dimasukkan. Ini karena semua bisnis grup sedang dalam proses merintis. Kondisi kinerja terkini Nasari Group memiliki enam unit bisnis, seperti simpan pinjam, properti, bisnis media, travel, konsultan manajemen NBDS (Nasari Business Development Service), dan microfinance berupa BPR. BPR ini, sekaligus diadakan untuk menampung permohonan kredit dari anggota yang bukan PNS, TNI, dan Polri,  atau masyarakat umum.

Aset KSP Nasari antara lain kantor pusat, 13 kantor cabang,  dan 18 kantor cabang pembantu, serta kantor-kantor BPR. Juga 360 konter di kantor Pos Indonesia seluruh Indonesia. Pinjaman memang hanya diberikan kepada pensiunan PNS, TNI, dan Polri yang pembayarannya tentu berasal dari APBN. Dengan pengelolaan manajemen yang profesional, angka NPL atau kredit macetnya di KSP Nasari per 31 Desember 2011, nyaris nol persen. Harus diakui, rendahnya nilai NPL ini karena nasabahnya pensiunan,” rincinya.

Portofolio para pensiunan, katanya, kebanyakan untuk bisnis kecil-kecilan, seperti bengkel motor, warnet dan sejenisnya. Tapi yang dominan untuk human investment seperti pendidikan kuliah anak. “Pinjaman para pensiunan itu tidak besar. Nilai paling besar 10 juta. Jumlah ini pun di-cover oleh tiga pihak. Satu dari internal KSP Nasari. Sisanya dua bank pemerintah berbeda yang selama ini memberikan penyaluran kredit. Itu makanya, target penyaluran kredit kami berani sedemikian tajam peningkatannya. Ini karena adanya kesepakatan dari bank BRI dan BNI. Kerja sama ini sekaligus bisa meningkatkan portofolio,” ungkapnya.

Menurut Frans, sejak awal pendirian,  KSP Nasari berkosentrasi ke segmen pesiunan. Awal-awalnya memang masih sedikit. “Rata-rata orang buka usaha tentu menghindari persaingan yang berdarah-darah. Belakangan ada permintaan dari anak dan keluarga pensiunan untuk melakukan pinjaman, maka pada awal 2013, kami akan membuka KSP Nasari untuk umum,” tuturnya. (lum)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Krisis Global Kian Mencemaskan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler