KRI Dewaruci Tuntaskan Ekspedisi Keliling Dunia Kali Terakhir

Hingga Pulang Tetap Kibarkan Bendera Bajak Laut

Kamis, 18 Oktober 2012 – 00:01 WIB
Foto: Raka Denny/Jawa Pos

RABU (17/10) KRI Dewaruci dijadwalkan tiba di pangkalannya, Dermaga Ujung, Armatim, Tanjung Perak, Surabaya. Tuntas sudah misi terakhir pelayaran keliling dunia yang dilakoni kapal legendaris itu. Inilah catatan wartawan Jawa Pos SURYO EKO PRASETYO yang ikut dalam pelayaran bersejarah tersebut.
   
= = = = = = = = = = = = =
= = = = = = = = = = = = =

Kembalinya kapal layar tiga tiang tinggi itu ke Kota Pahlawan menuntaskan misi pelayaran terpanjangnya selama 277 hari. Lebih dari sembilan bulan kapal latih TNI-AL itu menempuh jarak 29 ribu mil laut (53 ribu kilometer). Jarak tersebut lebih jauh dari keliling bumi (garis khatulistiwa) 40.075,02 kilometer.

Kapal yang dilengkapi 16 layar itu meninggalkan Surabaya pada 15 Januari 2012. Dewaruci mengelilingi empat benua. Yakni, Benua Amerika mulai Kepulauan Marshall, Amerika Serikat, Meksiko, Panama, dan Kanada. Kemudian melewati tiga negara di Benua Eropa, yakni Portugal, Spanyol, dan Malta. Lalu melintasi Benua Afrika di Mesir, dan kembali ke Asia melalui Arab Saudi, Oman, Sri Lanka, dan berlanjut ke Indonesia.

Kedatangan kapal berumur 60 tahun itu pada etape terakhir ke-27 hari ini sesuai dengan rencana setelah meninggalkan dermaga Komando Lintas Laut Militer, Tanjung Priok, Jakarta, Sabtu (13/10). Kemarin (16/10) serangkaian persiapan dilakukan menjelang Dewaruci memasuki alur pelayaran barat Surabaya. Di antaranya, geladi sailing pass KRI Arung Samudera (Arsa) mengelilingi KRI Dewaruci yang sedang lego jangkar di Selat Madura dan parade roll kadet di tiang Dewaruci.

"Masyarakat Surabaya dan Jatim akan menyambut Dewaruci lebih meriah," ujar Panglima Armatim Laksamana Muda TNI Agung Pramono kepada Jawa Pos kemarin.

Pada 1996 KRI Arsa melakoni misi keliling dunia sekitar 13 bulan. Komandan kapal ketika itu Mayor Laut (P) Darwanto (sekarang kepala staf Armatim). Adapun ekspedisi keliling dunia Dewaruci 2012 merupakan yang kedua setelah 1964 alias 48 tahun silam.

Bendera Tengkorak

Setiap singgah di kota pelabuhan, Dewaruci selalu menarik perhatian warga setempat. Juga awak kapal lain yang berpapasan di perairan. Mereka umumnya terpesona dengan keanggunan kapal layar tiang tinggi itu.

Kapal perang dari negara lain yang bertemu Dewaruci spontan melakukan penghormatan. Kapal latih kadet yang didesain menyerupai badan angsa putih itu menjadi pesona tersendiri di lautan. Hanya, keanggunan kapal buatan Jerman itu jadi "rusak" dengan berkibarnya bendera hitam bergambar tengkorak manusia dan tulang lengan yang menyilang khas bajak laut.

Kontradiktif? "Bendera Jolly Roger (tengkorak dan tulang lengan) itu merupakan filosofi sukses melaksanakan misi. Bukan bajak laut, apalagi perompak," tepis Komandan KRI Dewaruci Letkol Laut (P) Haris Bima Bayuseto.
   
Dia meyakini makna dan warna bendera itu melambangkan keberanian menghadapi bahaya dan keberhasilan melaksanakan tugas. Karena itu, bendera tersebut sengaja dikibarkan sejak berangkat dari pangkalan Armada RI Kawasan Timur (Armatim) pada 15 Januari 2012 hingga pulang kembali ke pangkalan. Tiang kapal tetap tegak walaupun harus menghadapi gelombang setinggi lebih dari 10 meter di Samudera Pasifik.

Kehabisan BBM dan air tawar dalam pelayaran dari Kwajalein, Kepulauan Marshall, ke Honolulu, Hawaii, medio Februari lalu, bukan kiamat bagi Dewaruci. Begitu pula terlambat sandar hampir sepekan menjadi warna-warni perjalanan Dewaruci dalam misi keliling dunia kedua setelah 1964. Kapal berawak 77 personel TNI plus seorang wartawan (Jawa Pos) itu malah sukses menyabet gelar juara dalam salah satu festival kapal layar di Amerika Serikat.

Di kalangan angkatan laut di sejumlah negara, bendera tengkorak dipercaya menjadi tanda kekuatan di laut. Seperti yang dipakai Royal Navy (AL Inggris) ketika memenangi perang Malvinas melawan Argentina maupun dalam Perang Teluk di Timur Tengah. Bahkan, Angkatan Udara AS terkesan "latah" ketika salah satu skuadron udaranya memakai logo tengkorak dengan tulang lengan menyilang untuk menunjukkan kehebatan mereka.

Konotasi sukses yang dulu dipakai bajak laut seusai menjalankan aksinya merompak kapal di tengah laut dipakai Dewaruci agar kapal itu disegani kapal lain. Pengibaran bendera itu menjadi salah satu ciri khas yang membedakan Dewaruci dengan kapal layar lain. Dewaruci bahkan menjadi kapal yang paling banyak dikunjungi masyarakat daripada kapal layar tiang tinggi dari negara lain dalam kegiatan open ship selama festival Operation Sail di AS pada April-Juni lalu.

Selain di AS dan Kanada, Dewaruci menggelar open ship di Portugal, Spanyol, Malta, Mesir, Arab Saudi, Oman, dan Sri Lanka. Tanpa diminta, para awak kapal biasanya bersedia mengantar pengunjung mengelilingi geladak atas dari haluan hingga buritan. Tidak sedikit masyarakat yang penasaran ingin mengetahui "jeroan" kapal berbendera "bajak laut" itu.
   
Di KRI Dewaruci, Asisten Bostman C (penanggung jawab tiang tengah) Kopda PTA Sarno dipercaya mengatur pembuatan dan pengibaran bendera tengkorak itu.
   
"Sejauh ini belum ada protes bernada serius. Masyarakat justru penasaran. Ini kapal berbendera bajak laut, tapi awaknya kok ramah-ramah ya," canda satu-satunya prajurit di Dewaruci berkorps pengendali tembakan atas air (PTA). (*/c2/ari)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Berlari Mengejar Matahari ke Negeri Matahari Terbit


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler