JAKARTA - Ikatan Alumni Lembaga Pertahanan Nasional (IKAL), melansir empat kreteria leadership seorang calon presiden untuk Pemilu 2014 mendatang.
Keempat kreteria tersebut, menurut Ketua Umum IKAL, Agum Gumerlar dirumuskan oleh oleh IKAL di luar persyaratan UUD 45 dan ketentuan yang sudah di tetapkan oleh undang-undang.
"Pertama, seorang capres tidak bersikap ambivalen dalam segala hal," kata Agum Gumelar dalam acara Dialog Kenegaraan bertema 'Urgensi Menata Sistem Bernegara', di gedung DPD, komplek Parlemen, Senayan Jakarta, Rabu (20/).
Kedua lanjut Agum, tidak takut tidak populis karena keberaniannya mengambil suatu keputusan sepanjang keputusan itu untuk kepentingan bangsa dan negara.
Contoh untuk kreteria kedua tersebut, Agum mengambil contoh tragedi Tian Nanmen saat China dipimpin Den Xio Ping. "Dia tutup telinga terhadap kritikan dunia yang menuding Pemerintahan China melanggar HAM berat atas kejadian itu. Tapi kalau Den Xio Ping tidak melakukan tindakan saat itu, Negara China akan menjadi Rusia sekarang yang terpecah-belah hingga menjadi negara kecil," ungkapnya.
Ketiga, berani bersikap tegas dalam koridor penegakkan hukum. "Jangan karena kita merasa SBY tidak lalu kita memilih calon presiden yang tegas dengan karena pernah menculik aktivis," ungkapnya.
Kreteria keempat calon presiden menurut Menko Polsoskam era Presiden Gus Dur itu adalah tidak akan mentolerir sedikit pun segala sesuatu hal negatif yang berkembang di masyarakat.
"Siapa pun, kalau salah harus dihukum dan tidak membiasakan suatu kesalahan diselesaikan dengan cara kompromi," tegas Agum Gumelar. (fas/jpnn)
Keempat kreteria tersebut, menurut Ketua Umum IKAL, Agum Gumerlar dirumuskan oleh oleh IKAL di luar persyaratan UUD 45 dan ketentuan yang sudah di tetapkan oleh undang-undang.
"Pertama, seorang capres tidak bersikap ambivalen dalam segala hal," kata Agum Gumelar dalam acara Dialog Kenegaraan bertema 'Urgensi Menata Sistem Bernegara', di gedung DPD, komplek Parlemen, Senayan Jakarta, Rabu (20/).
Kedua lanjut Agum, tidak takut tidak populis karena keberaniannya mengambil suatu keputusan sepanjang keputusan itu untuk kepentingan bangsa dan negara.
Contoh untuk kreteria kedua tersebut, Agum mengambil contoh tragedi Tian Nanmen saat China dipimpin Den Xio Ping. "Dia tutup telinga terhadap kritikan dunia yang menuding Pemerintahan China melanggar HAM berat atas kejadian itu. Tapi kalau Den Xio Ping tidak melakukan tindakan saat itu, Negara China akan menjadi Rusia sekarang yang terpecah-belah hingga menjadi negara kecil," ungkapnya.
Ketiga, berani bersikap tegas dalam koridor penegakkan hukum. "Jangan karena kita merasa SBY tidak lalu kita memilih calon presiden yang tegas dengan karena pernah menculik aktivis," ungkapnya.
Kreteria keempat calon presiden menurut Menko Polsoskam era Presiden Gus Dur itu adalah tidak akan mentolerir sedikit pun segala sesuatu hal negatif yang berkembang di masyarakat.
"Siapa pun, kalau salah harus dihukum dan tidak membiasakan suatu kesalahan diselesaikan dengan cara kompromi," tegas Agum Gumelar. (fas/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Presiden Anggap Hubungan dengan Timor Leste yang Terbaik
Redaktur : Tim Redaksi