jpnn.com, JAKARTA - Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Didi Irawadi Syamsuddin mengatakan, luka-luka yang timbul paskapenyelenggaraan pilkada DKI Jakarta rupanya belum berakhir.
Malah, kata Didi, eskalasi perpecahan dan permusuhan terus meningkat.
BACA JUGA: Veronica Si Ahoker Pengecam Presiden Jokowi Jarang Bergaul dengan Tetangga
Hal itu semakin menjadi-jadi setelah Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok divonis dua tahun penjara oleh Pengadilan Negeri Jakarta Utara dalam perkara penistaaan agama.
Dia khawatir dalam situasi yang panas dan tidak menentu antara kubu yang pro Ahok dan yang berseberangan, perlahan tapi pasti bisa menuju perpecahan anak bangsa.
BACA JUGA: Kasihan Soraya Haque...
Karenanya Didi mengingatkan dalam situasi kondisi seperti ini peran Presiden Joko Widodo sangat diperlukan.
"Kepekaan seorang presiden sebagai pemimpin tertinggi negeri ini sebagai pengayom sangat diperlukan," kata Didi, Jumat (12/5).
BACA JUGA: Soraya Haque Dukung Ahok, Marissa: Dia Jarang Salat dan Baca Alquran
Dia mengatakan, presiden memang sudah mengambil langkah-langkah normatif dengan imbauan yang meminta semua pihak untuk hormati hukum dan putusan pengadilan.
"Tetapi hemat kami itu saja tidak cukup," tegas anak buah Susilo Bambang Yudhoyono di Partai Demokrat itu.
Didi menegaskan, presiden tidak bisa membiarkan anak bangsa yang sudah mengarah pada perpecahan.
Lihat saja, kata dia, saat ini sentimen muslim nonmuslim, pribumi nonpribum, Islam moderat Islam radikal terus mengemuka.
"Inilah situasi terburuk yang pernah saya alami sebagai anak bangsa sejak lahir di Jakarta, setelah kerusuhan 12 Mei 1998," kata Didi.
Mantan anggota Komisi III DPR itu mengatakan, semua tentu tidak ingin mengulangi sejarah pahit dan kelam 1998, yang telah menimbulkan luka mendalam.
"Jangan buka lagi luka itu, bagaimanapun Indonesia milik kita semua, milik kita bersama," ujar Didi.
Anak mantan Menkumham Amir Syamsudin ini mengatakan, presiden harus bisa menghentikan klaim-klaim atas nama kebhinekaan yang sudah overdosis di satu sisi.
"Dan di sisi lain gerakan-gerakan radikal atas nama agama yang juga sudah sangat berlebihan," paparnya.
Menurut Didi, semua itu terjadi karena ada oknum-oknum pelaku yang radikal dan overkontrol mengatasnamakan kedua belah pihak.
Maka, tegas dia, jika penanganan tidak tepat dan bijak dikhawatirkan benturan-benturan yang mengarah perpecahan anak bangsa bisa jadi bom waktu.
Dia mengatakan, Presiden Jokowi harus mengedepankan cara-cara yang paling bijaksana dalam situasi yang genting begini. Saatnya presiden sebagai pengayom dan pemersatu turun tangan.
"Sebab, hanya presiden lah sebagai orang nomor satu negeri yang punya kekuasaan yang tertinggi, yang paling punya pengaruh dan potensi terbaik untuk lakukan upaya ini," harap Didi.
Didi meminta Jokowi segera undang dan kumpulkan seluruh tokoh-tokoh yang saling berseberangan di satu meja.
"Dengarkan suara mereka, dengarkan keluhan mereka, dengarkan aspirasi mereka," ujarnya.
Kemudian, lanjut Didi, kaji dengan mendalam dan menyeluruh persoalan buruk yang telah terjadi, selanjutnya cari solusi yang tepat, cepat dan terbaik.
"Presiden harus bisa menjadi pendengar yang baik, menjadi penengah yang baik, yang akhirnya presiden bisa menghasilkan solusi yang terbaik," ungkapnya. (boy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ckckck..Marissa Bully Adik Kandungnya di Twitter Karena Menangisi Ahok
Redaktur & Reporter : Boy