KRL Jakarta-Bogor Diprediksi Sebulan Lumpuh

Jumat, 23 November 2012 – 03:12 WIB
BOGOR-Warga Bogor yang biasa menggunakan jasa kereta rel listrik (KRL) harus lebih bersabar untuk dapat kembali beraktivitas dengan normal. Perbaikan jalur Bogor-Jakarta paska longsor di KM 45+500, Cilebut, Sukaraja, Kabupaten Bogor, dipastikan bakal berlangsung lama. Paling cepat, 24 hari hingga akhir Desember 2012. Sedangkan, perbaikan satu jalur yang masih tersambung baru rampung Kamis (29/11) pekan depan.

Selama perbaikan satu jalur itu, Stasiun Besar Bogor dan Stasiun Cilebut tak beroperasi. Tentu saja kondisi ini mengganggu jadwal perjalanan kereta di stasiun lain sepanjang jalur Bogor-Jakarta. Sejak kemarin, 92 perjalanan dari Bogor dibatalkan. Itu belum termasuk pembatalan 32 perjalanan dari arah Jakarta, karena sembilan rangkaian KRL Jakarta-Bogor terparkir di Dipo Bogor.

Pantauan Radar Bogor (Grup JPNN), akibat pembatalan tersebut, lebih dari 35 ribu pengguna jasa KRL beralih ke moda trasportasi lain, seperti bus, angkot dan taksi. Sedangkan lima ribu calon penumpang lainnya bergeser ke Stasiun Bojonggede untuk tetap melakukan perjalanan ke Jakarta. Sehingga penumpukan penumpang pun tak terhindarkan di stasiun berkapasitas dua rangkaian kereta itu.

Dari pukul 05:30 dini hari, ribuan penumpang sudah menunggu di peron Stasiun Bojonggede. Kebanyakan dari mereka merupakan penumpang dari Stasiun Bogor yang tak mengetahui peristiwa terputusnya jalur KRL di Cilebut, semalam sebelumnya. Hal ini membuat traffic penumpang di Stasiun Bojonggede melonjak dua kali lipat sejak jadwal perjalanan KRL pertama.

Untuk mengurai penumpukan penumpang di Stasiun Bojonggede, dua rangkaian KRL cadangan di Dipo Bukit Duri pun diturunkan. Selain itu, rute puluhan perjalanan Jakarta-Depok diperpanjang hingga Bojonggede. Kebijakan ini membuat interval perjalanan rata-rata di stasiun yang berbatasan dengan Kota Depok tersebut menjadi lima menit sekali. Hingga 18.00 sore, tercatat sebanyak 131 perjalanan telah dilakukan dari stasiun tersebut. Itu belum ditambah sekitar 70 perjalanan lainnya pada malam hari.

Rangkaian kereta tidak bisa ngetem lebih dari lima menit, karena rangkaian kereta lainnya dari arah Jakarta sudah mengantre di Stasiun Depok. Pengaturan lalulintas kereta ini dilakukan menggunakan wesel atau rel diagonal.

Pada hari biasa, pada jam padat (pukul 06.00-10.00 WIB), calon penumpang terangkut sekitar 12 ribu penumpang. Tapi, hari ini, kemungkinan naik sekitar 30 persen," kata Kepala Stasiun Bojonggede, Tiyono kepada Radar Bogor (Grup JPNN), Kamis (22/11).

Salah seorang penumpang, Deni Zaini (25) mengaku belum mendapatkan informasi mengenai jadwal terbaru, sehingga cukup direpotkan dengan banyaknya pembatalan perjalanan. “Jadi ribet, harus turun di Bojonggede, terus naik mobil lagi dan begitu pun sebaliknya. Semoga cepat selesai diperbaiki,¨ ujarnya.

Kamis (22/11) kemarin, merupakan hari yang sibuk bagi PT KAI. Derasnya keluhan penumpang dan besarnya dampak longsor di Jalur Bogor-Jakarta KM45+500 membuat para petinggi PT KAI terjun langsung ke lokasi kejadian. Salah satunya Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia Ignasius Jonan.
“Dampak longsornya tanah penahan rel membuat 32 jadwal perjalanan dibatalkan dan sekitar 10 persen penumpang tidak terangkut setiap harinya. Tapi proses perbaikan telah mulai dilakukan," kata Ignasius saat ditemui di tengah aktvitas peninjauan.

Terputusnya satu jalur ke arah Jakarta sepanjang 200 meter akibat longsor pada Rabu (21/11) sore itu, memang memakan waktu cukup lama. Sehingga penormalan operasional tak dapat dilakukan segera. Ketinggian tebingan mencapai 35 meter, sedangkan luas longsoran melebar hingga 12 meter. 

Untuk mengakselerasi perbaikan, pada tahap pertama, PT KAI bekerjasama dengan Dirjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan RI akan memulihkan Listrik Aliran Atas (LAA) terlebih dahulu, sehingga material pengurukan bisa diangkat menggunakan kereta.

"Longsor merobohkan tujuh tiang, tiga diantaranya listrik aliran atas (LAA) dan lima tiang beton listrik. Itu dulu diperbaiki, sehingga kereta angkut bisa digunakan untuk membawa material. Hasil kajian sementara, untuk menguruk longsoran membutuhkan 35 ribu meter kubik tanah,” terang Kepala Humas PT KAI Sugeng Priyono.

Dalam penanganan tahap pertama, lanjut Sugeng, sedikitnya 150 petugas prasarana PT KAI dikerahkan siang dan malam, meski proses perbaikan menemui hambatan akibat tingginya curah hujan. “Kami juga mengerahkan dua alat berat menggunakan kontainer, meski medan untuk dilewatinya memakan waktu berjam-jam. Pemadapatan di jalur yang masih tersambung didahulukan, kira-kira seminggu selesai," katanya.

Setelah satu jalur dapat dilalui secara bergantian dari dua arah, tambah Sugeng, pekerjaan berat berikutnya telah menanti. Tahap dua perbaikan dimulai dengan pembuatan tanggul penahan tebing dan pengurukan untuk menyambung jalur yang terputus.

“Yang penting, Bogor-Jakarta tersambung dulu, meski jadwal keberangkatan belum normal karena intervalnya lebih lama. Itu dilakukan bersamaan dengan perbaikan tahap dua sekitar satu bulan, meski medannya cukup sulit, bentangannya luas, dan cuaca tidak bersahabat,¨ jelas Sugeng.

Saat ditanya soal biaya perbaikan, Sugeng mengatakan, dari awal hingga akhir diperkirakan akan memakan biaya lebih dari satu miliar rupiah. ¨Biayanya dari mana? Keroyokan dari PT KAI dan pemerintah, hitung-hitungannya nanti belakangan. Soal kerugian, belum diperhitungkan, yang jelas dua stasiun tak beroperasi dan 32 perjalanan dibatalkan,¨ tuturnya.

Yang jadi pertanyaan, apa penyebab bencana tersebut? Hasil investigasi sementara PT KAI, selain kondisi tebingan labil, luapan air dari Kali Baru atau anak sungai Ciliwung pun menjadi salah satu pemicu. “Sebelum kejadian terjadi banjir. Dalam situasi seperti ini, kondisi yang sebelumnya tidak rawan pun menjadi rawan,” tandasnya. (cr2)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jokowi Tidak Akan Hapus Kampung Tradisional

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler