KS Pakai Kertas Kemas Lokal

Jumat, 03 Juni 2011 – 04:21 WIB

JAKARTA - Industri dalam negeri berupaya menekan penggunaan bahan baku dan bahan penolong impor untuk mendorong daya saing nasionalPT Krakatau Steel (PT KS), misalnya, yang mulai memanfaatkan kertas kemas untuk packaging atau pengemas produk logam dan baja buatan Primer Koperasi Karyawan Krakatau Steel (Primkokas).

Senior Vice President Sales PT KS Marsidon Simanungkalit mengatakan, konsumsi kertas kemasan untuk proteksi korosi atmosferik pada produk logam dan baja terbilang tinggi

BACA JUGA: Infrastruktur Dorong Pertumbuhan

Padalah, selama ini PT KS menggunakan kertas kemas impor dari berbagai negara, termasuk Tiongkok, dengan harga USD 4,5 per ton.

’’Untuk produksi logam dan baja, kami membutuhkan kertas kemas 700 ribu ton per tahun,’’ kata Marsidon saat konferensi pers di Kementerian Perindustrian
Untuk itu,  kerjasama PT KS dengan Primkokas dalam memasok bahan penolong kertas kemas dinilai bisa meningkatkan daya saing dunia usaha nasional

BACA JUGA: Pemda Bentuk Konsorsium Kelola Inalum



Ketua Umum Primkokas Budi Rahmat menambahkan, pemanfaatan bahan penolong lokal juga bisa mendorong efisiensi biaya, mengurangi ketergantungan dari impor, serta meningkatkan local content pabrik
’’Komponen packaging sangat vital bagi konsumen

BACA JUGA: Ponsel Lokal Makin Laku

Karena itu, kami siap memasok kertas kemas bagi PT KS tahun ini dengan harga di bawah existing,’’ kata Budi.

Dia menjelaskan, pabrik pembuat kertas kemas siap beroperasi bulan ini dan bisa langsung memasok PT KSUntuk tahap awal, kapasitas produksi diperkirakan 350 ribu tonKe depan, mereka akan mengembangkan kapasitas produksi sampai seratus persen dari total kebutuhan PT KS pada 2012.  ’’Nilai investasi masih kecil, kurang dari Rp 1 miliar untuk mesin, bangunan dan lain-lain,’’ urai dia

Selain memasok kertas kemas untuk PT KS, pihaknya juga berencana memproduksi secara massal untuk memasok kebutuhan pabrik sejenis di luar PT KSPerusahaan yang bisa dibidik sebagai konsumen mereka seperti Bluescope Steel, Latinusa, dan perusahaan sejenis lain

Dirjen Pusat Standardisasi Badan Pengkajian Kebijakan Iklim Dan Mutu Industri Kementerian Perindustrian (BPKIMI Kemenperin) Arryanto Sagala mengatakan, impor bahan baku dan penolong masih sangat besarPada Januari 2011, nilainya mencapai USD 9,422 miliarSedangkan barang modal USD 2,097 miliar dan barang konsumsi USD 1,03 miliar

’’Konsumsi bahan baku yang besar memang menunjukkan industri dalam negeri berjalanNamun, impor bahan baku dan penolong yang mencapai 75,08 persen dari total impor menunjukkan tingkat ketergantungan terhadap luar negeri tinggiItu harus dicermati dan dikurangi,’’ katanya(res/fat)

Untuk itu, lanjut dia, peningkatan daya saing dapat dilakukan dengan membantu dunia usaha yang masih tergantung bahan baku, bahan penolong dan barang modal dari luar negeriMenurut dia, upaya untuk mendorong daya saing berkaitan dengan riset dan pengembangan’’BPKIMI memiliki 11 balai besar dan 11 Baristand, salah satunya Balai Besar Pulp dan Kertas yang sudah bekerjasama dengan PT KS,’’ kata dia

Ditambahkan Kepala Balai Besar Pulp dan Kertas (BBPK) BPKIMI Kemenperin Ngakan Timur Antara, kertas kemas yang akan diproduksi Primkokas merupakan hasil riset BBPKSebelum dinyatakan bisa diproduksi dan dikomersialisasikan, pada tahun 2001 pihaknya bersama PT KS mengajukan hak paten’’Pengajuan hak paten itu baru disetujui pada 2006Dan, hak tersebut dipakai Primkokas baru tahun 2011,’’ urai dia.

Menurut Ngakan, sinergi penelitian dengan dunia usaha akan terus dilakukanSelain meneliti tentang kertas kemas, diuraikan, kerjasama penelitian bernilai binis sudah banyak dilakukanSeperti penelitian mengenai masa tebang pohon, sehingga produk kayu bisa diperoleh dalam waktu singkat’’Selain itu penelitian mengenai penanganan limbah industriUntuk itu, kita akan kerjasama dengan industri,’’ tukas dia(res)

BACA ARTIKEL LAINNYA... IHSG Tersandera Long Weekend


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler