Kuatkan Eco Culture Tourism agar Jogja Jadi Kota Batik Dunia

Sabtu, 04 November 2017 – 13:13 WIB
Ilustrasi Batik Keris. Foto: Puput Puspita/Radar Kedu/JPNN

jpnn.com, YOGYAKARTA - Salah satu cara Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya untuk menaikkan indeks daya saing pariwisata Indonesia adalah memperbaiki pilar environment sustainability. Karena itu, mantan Dirut PT Telkom itu mendorong industri yang bergerak di sektor pariwisata untuk menjaga lingkungan agar tetap lestari.

“Mari kita bangun Indonesia dengan tetap melestarikan alam dan budaya kita. Prinsipnya, semakin dilestarikan semakin mensejahterakan,” kata Arief Yahya.

BACA JUGA: Menpar Arief Yahya: Terima Kasih GenPI-GenWI, Terus Gasss...

Karena itu, Arief Yahya mengapresiasi masyarakat dan daerah yang terus menjaga environment sustainability. Contohnya adalah upaya Komunitas Organik Indonesia (KOI) DIY - Jawa Tengah untuk mengukuhkan Yogyakarta sebagai Kota Batik Dunia.

Komunitas para pecinta organik itu akan menyelenggarakan serangkaian event bertajuk Organic, Green and Health (OGH) Istimewa III pada 10-12 November 2017. Expo berbagai produk organik ini bertempat di Embung Langensari, Yogyakarta. Tema yang diusung adalah Eco Culture Tourism Jogja Kota Batik Dunia.

BACA JUGA: Manado Skyline Tetempangan Hill Manjakan Pecinta Paralayang

Sebelum pelaksanaan pameran OGH, KOI pada tanggal 8 November 2017 akan mengadakan seminar Eco Culture Tourism Jogja Kota Batik Dunia bertempat di Aula Telkom Yogyakarta. Dalam seminar tersebut akan ada bedah buku Resonansi Filosofi Batik Zat Pewarna Alam. Seminar itu  terbatas untuk 100 peserta.

Menurut Ketua KOI DIY-Jateng Agung Saputra, kegiatan iitu akan menjadi kesempatan baik bagi masyarakat untuk mendapatkan produk-produk organik mulai dari makanan sehat hingga pakaian yang ramah lingkungan. Agung menegaskan, berbicara tentang organik selama ini pemahaman masyarakat hanya terbatas pada makanan saja.

BACA JUGA: Wajah Pesona Indonesia Kenalkan Wisata Budaya Tanah Air

"Padahal sebenarnya konsep organik pengertiannya lebih luas mencakup aspek kesehatan (healthy) , ramah lingkungan (green) dan organik itu sendiri. Konsep ini disingkat menjadi OGH - Organic and Green Healthy," terang Agung.

Penyelenggaraan OGH Istimewa III sengaja digelar di area terbuka Embung Langensari yang berada di tengah Kota Yogyakarta. Ide pemilihan tempat itu terbilang unik karena belum pernah ada event yang digelar di sebuah embung.

Agung menambahkan, pemilihan atas Embung Langensari sebagai tempat penyelenggaraan acara bertujuan menunjukkan kepada masyarakat bahwa produk organik tidak selalu mahal dan eksklusif. Sehingga, semua kalangan masyarakat dapat menikmati produk organik baik makanan maupun pakaian yang ramah lingkungan.

Bazar produk organik di Embung Langensari diisi 80 booth dengan peserta anggota KOI yang berasal dari Yogyakarta, Surabaya, Bandung, Jakarta dan kota-kota lain. Acara OGH terbuka untuk umum di area Embung Langensari, mulai pukul 09.00-21.00 WIB. Masyarakat diharapkan datang meramaikan acara ini karena OGH merupakan ajang istimewa dan langka.

"Saatnya makin mengenal batik pewarna alam atau batik organik. Kita tunjukkan Jogja benar-benar menjadi Kota Batik Dunia," tandas Agung.

Ada sejumlah agenda yang bisa diikuti baik yang berbayar maupun gratis. Misalnya lomba membatik (Tingkat SD), talkshow Mengungkap Rahasia Dibalik Filosofi dan Resonansi Batik Zat Pewarna Alam, Shibori Basic Workshop Using Natural Dyes, Workshop Eco Print hingga fashion show Baju Daur Ulang maupun fashion show Batik Pewarna Alam.

Lalu ada pula workshop Healthy Cullinary, talkshow Aquaponic dan Apa yang Dimaksud Beras Hidup (Live Rice). Acara juga diisi dengan sesi Go Digital gratis berupa talkshow "Membangun Market Place Product" yang menghadirkan Sebastian Saragih dan Erna Wiyati dari Telkom Indonesia.(adv/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tutup ICST 2017, Menpar Serahkan Penghargaan UID-SDN Award


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler