Kuba Krisis BBM, Transportasi Lumpuh

Sabtu, 14 September 2019 – 13:10 WIB
Warga Havana, Kuba, mengantre berjam-jam di halte bus karena minimnya transportasi umum yang beroperasi akibat krisis bahan bakar minyak alias BBM. Foto: Reuters

jpnn.com, HAVANA - Kuba di ambang krisis bahan bakar minyak alias BBM. Sanksi yang dijatuhkan Amerika Serikat membuat BBM makin sulit masuk ke negara komunis tersebut.

Kemarin, Jumat (13/9), transportasi umum di Havana bisa dikatakan lumpuh. Masyarakat harus mengantre berjam-jam untuk menaiki angkutan umum. Sementara, di stasiun pengisian bahan bakar antrean bus mengular karena kelangkaan solar.

BACA JUGA: AS Kembali Umbar Sanksi, Uni Eropa Siap Bantu Kuba

“Saya menunggu sampai tiga jam untuk mendapat bus ke rumah kemarin,” kata seorang warga, Eloisa Alvarez.

Pegawai pemerintah yang menggunakan kendaraan dinas pun disetop polisi di tengah jalan. Mereka diminta mereka menjemput pegawai lainnya agar menggunakan kendaraan bersama.

BACA JUGA: Putra Pemimpin Revolusi Kuba Fidel Castro Tewas Bunuh Diri

Cara tersebut dilakukan setelah adanya imbauan dari Presiden Miguel Diaz-Canel untuk membentuk solidaritas pada masa krisis ini. Sekaligus agar bisa menghemat pemakaian bahan bakar.

Pada Rabu (11/9), Diaz-Canel berbicara di stasiun televisi mengenai masa sulit yang akan dihadapi Kuba akibat upaya AS memblokade pengiriman bahan bakar ke negara itu.

BACA JUGA: Dianggap Budak, Ribuan Pekerja Medis Kuba Tinggalkan Brasil

Ia juga menyebut bahwa pemerintah telah menyetujui serangkaian perhitungan untuk menjamin pelayanan dasar. Beberapa investasi energi akan ditunda, sebagian pelayanan bus dan kereta juga akan dibatalkan, dan sebagian karyawan bisa bekerja dari rumah.

Bagaimanapun, Diaz-Canel meyakinkan, krisis tersebut hanya akan terjadi sementara karena pengiriman bahan bakar untuk bulan Oktober sudah terjamin.

“Kondisi transportasi semakin memburuk walaupun pemerintah menyebut ini hanya sementara. Saya pun harus memakai sepeda lagi,” kata seorang warga, Alexei Perez Recio.

Pemerintah kembali meyakinkan masyarakat bahwa krisis itu tidak akan menjadi seperti masa-masa suram dahulu. Pasalnya, kini kegiatan ekonomi sudah beragam, pariwisata dan investasi asing sudah dibuka, bahkan negara juga mengembangkan industri minyak sendiri.

Namun keadaan saat ini tetap menjadi tanda memburuknya kondisi ekonomi Kuba. Pemerintah mulai menjatah energi sejak beberapa tahun lalu akibat penolakan Venezuela mengirimkan bahan bakar bersubsidi. Penjatahan dilakukan dengan memangkas penggunaan lampu penerangan jalan dan penggunaan listrik di lembaga pemerintah.

Sanksi terbaru yang diterapkan oleh AS terhadap perusahaan minyak negara Venezuela, PDVSA pada Januari lalu juga membuat Kuba kesulitan mendapat kiriman minyak.

Sementara, perusahaan gabungan Kuba dan Venezuela, Transalba, yang mengoperasikan kapal untuk rute antara kedua negara juga mengalami kesulitan mencari kru kapal. (ant/dil/jpnn)


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler