Kubu La Nyalla Buka Komparasi Peserta KLB

Sabtu, 21 April 2012 – 04:08 WIB

JAKARTA - PSSI versi Kongres Luar Biasa (KLB) pimpinan La Nyalla Mattaliti mengeluarkan komparasi peserta Kongres Luar Biasa (KLB) dan Kongres Tahunan PSSI Djohar Arifin di Palangkaraya beberapa waktu lalu. Langkah itu dilakukan demi memperjelas pihak yang memiliki keabsahan sebagai pemegang PSSI di hadapan FIFA.

"Jadi sudah bisa jelas, mana yang benar dan mana yang care taker dan kloningan," tegas La Nyalla kepada INDOPOS, Jumat (20/4). La Nyalla mengatakan, komparasi yang dibeberkannya itu adalah peserta KLB 9 Juli 2011 di Solo, KLB 18 Maret 2012 di Jakarta, serta Kongres Tahunan 18 Maret 2012 di Palangkaraya.

"Ini adalah usaha pembuktian kami kepada FIFA," jelas pria yang juga Ketua Kadin Jawa Timur  itu. 
   
Dalam suratnya pada 30 Maret 2012, FIFA mempermasalahkan 2 Kongres PSSI yang bergulir pada hari yang sama, 18 Maret 2012. Dua Kongres dimaksud adalah Kongres Luar Biasa (KLB) gelaran Komite Penyelamat Sepakbola Indonesia (KPSI) atas mandat lebih dari 2/3 anggota PSSI dan sukses memilih kepengurusan baru PSSI di bawah pimpinan La Nyalla Mattalitti.

Satu lagi adalah Kongres Tahunan gelaran Djohar Arifin Husin. Sah atau tidaknya kongres itu, berdasarkan amanat FIFA dan AFC maka PSSI harus menggelar kongres berdasarkan peserta KLB 9 Juli 2011 di Solo.

PSSI sudah me-release komparasi tersebut di beberapa situs-situs olahraga yang intens memberitakan sepak bola Indonesia. Kata Nyalla, selain indikator umum sepakbola untuk membentuk timnas, peran federasi sepakbola juga amat penting dalam sepak bola.

Federasi harus berperan menjadi regulator yang menjamin semua anggotanya tumbuh menjadi besar. "Makanya saya mengeluarkan komparasi itu karena federasi tidak boleh menjadi mesin pembeku atau mesin kloning, yang ke sana ke mari membekukan dan meng-kloning anggotanya," jelas pria yang juga wakil ketua umum PWI Jawa Timur itu.

Dalam konteks supremasi sepakbola, masih kata Nyalla, federasi punya kewajiban untuk membangun kualitas tim nasional sebaik-baiknya. Untuk menuju ke sana, tata organisasi harus berjalan dengan benar dan baik, pembinaan dan kompetisinya juga harus baik, dengan didasari spirit mengatur dan memberdayakan semaksimal mungkin semua potensi, terutama inti dari organisasi sepakbola yaitu klub sepakbola. "Bukan sebaliknya, organisasi PSSI-nya yang kuat, tapi klub-klub anggotanya lemah," tegas Nyalla.

Karena itu PSSI harus mendorong, memotivasi, dan memfasilitasi agar seluruh anggota melakukan percepatan pengembangan, baik di tingkat manajerial maupun teknik sepakbola. Tetapi yang terjadi hari-hari ini, kata Nyalla, Djohar yang merasa memiliki tampuk kekuasaan PSSI sebelum munculnya Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI di Ancol, nyata-nyata melanggar statuta.

Nyalla juga menuding Djohar Arifin tidak menjalankan program kerja PSSI yang sudah ditetapkan di Kongres Bali.  "Jadi sesungguhnya Djohar sudah tidak valid dan dia sudah bukan ketua umum karena keinginan anggotanya," bebernya lagi.(lis/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Suporter PSMS Bentrok


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler