TASIK - Kuburan seorang kuli bangunan, Apit Fitriadi (30), warga Kampung Cikelewih Desa Mekarjaya Kecamatan Padakembang Kabupaten Tasikmalaya dibongkar Kamis (26/7). Pembongkaran kuburan Apit oleh Tim Forensik dari Garut yang berkoordinasi dengan Polres Tasikmalaya ini atas permintaan keluarganya yang menduga kematian anak ketiga dari enam bersaudara di Kampung Kopo Desa Sepatunggal Kecamatan Sodonghilir pada Selasa (12/6) ini tidak wajar.
Kakak pertama korban, Iyay (53) mengatakan semula keluarga mendapat kabar Apit tewas akibat tertimpa kayu yang dipotong tukang kayu --setinggi 22 meter dan berdiameter 60 centimeter-- di daerah tempat tinggal mertuanya, Endang (45) di Kampung Kopo. Mendengar kabar duka dari Dede (istrinya Apit) ia bersama ayahnya, Unus (55) berangkat ke rumah Dede.
"Saat sampai di sana, adik saya (Apit) sudah meninggal. Kami pun langsung mendatangkan ambulans dari Padakembang untuk menjemput jasad Apit di Sodonghilir," ungkapnya kepada Radar Tasikmalaya (JPNN Group) di sela-sela penggalian kuburan Apit oleh Tim Forensik.
Seraya menunggu mobil ambulans datang, kata dia, dia menyempatkan melihat kondisi tubuh Apit yang sudah terbungkus kain kapan. Di bagian depan dan kepala Apit, kata dia, tidak nampak luka apa pun. Tetapi saat dilihat bagian punggung, nampak ada bekas goresan sebanyak 3 baris, ada dua tulang iga sebelah kiri yang patah, dan tulang di atas pinggul yang berposisi di tengah menjorok ke dalam.
"ÃÂAwalnya saya percaya Apit meninggal karena tertimpa kayu. Tapi setelah melihat lukanya saya jadi tidak yakin,"curiganya.
Tidak yakin terhadap informasi dari Endang bahwa Apit tewas tertimpa kayu, kata dia, karena kalau tertimpa kayu yang begitu besar pasti tubuh Apit hancur dan banyak darah. Sementara, kata dia, berdasarkan informasi dari Dede tidak ada darah yang mengucur dari tubuh Apit.
Baju yang dikenakan Apit pun tidak ada yang robek. Selain itu, hal yang membuat keluarga ingin mengungkap kebenaran penyebab kematian Apit, yaitu adanya informasi yang berbeda-beda terkait kematian Apit usai dimakamkan pada Selasa (12/6). Keluarga menduga kematian Apit karena ada penganiayaan dari orang yang tidak menyenangi adiknya. "Ada yang mengatakan Apit meninggal karena penyakit ayan, meninggal karena gila,"ÃÂ ujarnya.
Padahal, kata dia, adiknya sejak kecil tidak memiliki penyakit ayan apalagi gila. Apalagi, kata dia, empat hari sebelum tewas, kondisi Apit nampak segar bugar usai mudik dari pekerjaannya di luar kota.
Apit tidak nampak sedang sakit sehingga Apit pun bersama istrinya berkenan bersilaturahmi ke rumah mertuanya di Sodonghilir. "Di rumah mertuanya, Apit baru nginap satu hari. Padahal pada hari Selasa (12/6) pagi itu sebelum meninggal, Apit sudah bersiap-siap untuk pulang ke sini (Padakembang),"ÃÂ jelas dia. (snd)
BACA ARTIKEL LAINNYA... 18 PNS Pemkot Makassar Terancam Dipecat
Redaktur : Tim Redaksi