Kumpulkan 10 Menlu di Laos, Tiongkok Dikte Respons ASEAN terhadap Virus Corona

Jumat, 21 Februari 2020 – 07:49 WIB
Pertemuan Khusus Menlu ASEAN-China di Vientienne, Laos, Kamis (20/2/2020). Foto: Kemlu RI

jpnn.com, JAKARTA - Tiongkok menyeru solidaritas dalam pertemuan khusus untuk membahas wabah virus corona dengan negara-negara Asia Tenggara saat menghadapi kritik atas penanganan epidemi tersebut.

Pertemuan yang dilaksanakan di Vientiane, Laos, Kamis (20/2), mengisyaratkan bahwa Tiongkok sedang mencari dukungan dari negara-negara tetangga yang lebih mungkin didikte ketimbang Jepang atau Korea Selatan.

BACA JUGA: Virus Corona Menyerang, Tiongkok Tetap Genjot Proyek Kereta Cepat

Menteri Luar Negeri Tiongkok Wang Yi mendesak Singapura untuk menarik larangan terhadap pelancong dari Tiongkok serta membahas pembatasan perjalanan dan perdagangan dalam pertemuan dengan Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN).

Dalam pertemuan itu, para menteri luar negeri ASEAN bergandengan tangan dengan Anggota Dewan Negara Tiongkok dan Menlu Wang Yi dan menyeru "Tetap kuat, Wuhan! Tetap kuat, Tiongkok! Tetaplah kuat, ASEAN!"

BACA JUGA: Setelah Rumah Sakit, Tiongkok Kini Bangun Pabrik Masker Dalam 6 Hari

Para pejabat yang hadir dalam pertemuan tersebut tidak menggunakan masker. "Rasa takut lebih mengancam daripada virus itu sendiri, dan kepercayaan diri lebih berharga daripada emas," kata Wang dalam konferensi pers usai pertemuan.

"Tiongkok memajukan pesan persahabatan di ASEAN untuk melawan serangan dari Barat bahwa mereka telah menangani wabah dengan buruk," ujar Alfred M Wu, Associate Professor dari Lee Kuan Yew School of Public Policy, National University of Singapore.

BACA JUGA: 10.844 Orang di Tiongkok Sembuh dari Virus Corona

Beijing telah dikritik karena penanganan wabah virus corona baru, yang muncul dari Kota Wuhan di Provinsi Hubei dalam beberapa bulan terakhir dan menewaskan sedikitnya 2.000 orang.

Larangan perjalanan untuk mencegah penyebaran penyakit ini, telah melumpuhkan negara dengan ekonomi terbesar kedua dunia dan menghambat Inisiatif Sabuk dan Jalan (BRI) yang diperkenalkan Presiden Xi Jinping untuk pembangunan infrastruktur seperti jalur kereta api, pelabuhan, dan jalan raya.

"Tanggapan negara-negara lain terhadap virus corona telah menjadi ujian persahabatan", kata Tom Baxter, seorang peneliti independen dan co-editor situs Panda Paw Dragon Claw, yang menulis tentang pengaruh Tiongkok di luar negeri.

Mulai dari larangan oleh Singapura hingga praktik pintu terbuka oleh Kamboja yang merupakan sekutu dekat Beijing, kebijakan perjalanan dari dan ke Tiongkok bervariasi diantara 10 negara ASEAN.

Bahkan ketika pertemuan dimulai, Thailand mengeluarkan imbauan perjalanan yang mendesak warganya untuk menghindari perjalanan yang tidak penting ke Tiongkok dan menyarankan mereka yang sudah ada di sana untuk pergi.

Menurut rancangan pernyataan bersama yang dilihat oleh Reuters, baik ASEAN dan Tiongkok menekankan meningkatnya urgensi dan perlunya kerja sama dalam memerangi wabah virus dan sepakat untuk memperkuat "komunikasi risiko".

ASEAN dan Tiongkok, mitra dagang terbesarnya, memiliki arus perjalanan tahunan lebih dari 65 juta kunjungan. Negara-negara ASEAN secara kolektif juga merupakan mitra dagang terbesar kedua Tiongkok.

Dalam pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Singapura Vivian Balakrishnan, Rabu malam (19/2), Wang mengatakan Beijing khawatir tentang tindakan pembatasan Singapura.

"Sekarang epidemi telah mereda dan situasi terkendali, kami berharap pertukaran normal antara kedua negara dapat dilanjutkan secepatnya," kata Wang kepada Balakrishnan.

Dalam sambutan yang dibuat saat makan malam selamat datang pada Rabu, Wang mengucapkan terima kasih kepada masing-masing negara atas dukungan mereka selama wabah.

"Dukungan dari negara-negara ASEAN dan teman internasional lainnya membuat kami merasa bahwa musim dingin ini tidak dingin dan musim semi akan datang," ujar Wang. (ant/dil/jpnn)


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler