JAKARTA - Divisi Monitoring Pelayanan Publik Indonesia Corruption Watch (MPP-ICW) melaporkan dugaan kebocoran kunci jawaban Ujian Nasional (UN) tahun 2013 di SMK Widuri, Jakarta Selatan, ke Inspektorat Jenderal (Itjen) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Peneliti MPP ICW, Siti Juliantari Rachman mengatakan, ICW meminta Itjen melakukan investigasi terhadap kasus itu karena pembocoran kunci jawaban UN tersebut melibatkan guru, wakil kepala sekolah, dan kepala sekolah.
"Kita minta Itjen menginvestigasi kecurangan UN di SMK Widuri, Jaksel tahun 2013. Sebelumnya kita juga sudah angkat isu ini. Wakasek, Kasek, dan gurunya ikut serta memberikan bocoran kunci jawabannya ke murid pagi-pagi sebelum UN berlangsung hari kedua tiga dan empat," kata Siti di Jakarta, Senin (10/6).
Menurut Tari, berdasarkan keterangan siswa yang menjadi sumber ICW, pada hari keempat mereka mendapatkan kunci jawaban UN dari guru yang mengerjakan kunci tersebut.
Sehingga bocoran yang mereka terima dalam bentuk tulisan tangan. Sedangkan pada hari kedua saat UN Bahasa Inggris, mereka menerima bocoran dalam bentuk ketikan komputer.
"Itjen katanya sudah melakukan pencegahan, seperti apa upayanya. Kita juga minta rehabilitasi psikologis terhadap siswa di sekolah itu karena adanya UN mereka seperti ditanamkan nilai-nilai ketidakjujuran. Padahal sekolah sendiri yang mengajak siswa istighosah seminggu sebelum UN, tapi justru guru dan sekolah yang ajarkan ketidakjujuran," jelasnya.
Dia juga menceritakan, siswa yang mendapat bocoran kunci jawaban UN mengatakan, saat memberikan bocoran kunci jawaban, Kepsek mengaku mengeluarkan biaya Rp 10 juta untuk mendapatkan bocoran itu.
"Kepseknya juga minta murid tidak munafik dan agar siswa mau bekerjasama, saling bantu. Saat itulah pembocor minta uang Rp30 ribu untuk renovasi masjid," ujar Tari.(Fat/jpnn)
Peneliti MPP ICW, Siti Juliantari Rachman mengatakan, ICW meminta Itjen melakukan investigasi terhadap kasus itu karena pembocoran kunci jawaban UN tersebut melibatkan guru, wakil kepala sekolah, dan kepala sekolah.
"Kita minta Itjen menginvestigasi kecurangan UN di SMK Widuri, Jaksel tahun 2013. Sebelumnya kita juga sudah angkat isu ini. Wakasek, Kasek, dan gurunya ikut serta memberikan bocoran kunci jawabannya ke murid pagi-pagi sebelum UN berlangsung hari kedua tiga dan empat," kata Siti di Jakarta, Senin (10/6).
Menurut Tari, berdasarkan keterangan siswa yang menjadi sumber ICW, pada hari keempat mereka mendapatkan kunci jawaban UN dari guru yang mengerjakan kunci tersebut.
Sehingga bocoran yang mereka terima dalam bentuk tulisan tangan. Sedangkan pada hari kedua saat UN Bahasa Inggris, mereka menerima bocoran dalam bentuk ketikan komputer.
"Itjen katanya sudah melakukan pencegahan, seperti apa upayanya. Kita juga minta rehabilitasi psikologis terhadap siswa di sekolah itu karena adanya UN mereka seperti ditanamkan nilai-nilai ketidakjujuran. Padahal sekolah sendiri yang mengajak siswa istighosah seminggu sebelum UN, tapi justru guru dan sekolah yang ajarkan ketidakjujuran," jelasnya.
Dia juga menceritakan, siswa yang mendapat bocoran kunci jawaban UN mengatakan, saat memberikan bocoran kunci jawaban, Kepsek mengaku mengeluarkan biaya Rp 10 juta untuk mendapatkan bocoran itu.
"Kepseknya juga minta murid tidak munafik dan agar siswa mau bekerjasama, saling bantu. Saat itulah pembocor minta uang Rp30 ribu untuk renovasi masjid," ujar Tari.(Fat/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ahok Baru Sadar Belum Berkontribusi pada Pendidikan
Redaktur : Tim Redaksi