Kuntjoro Pinardi Ajak Mak-Mak Menerangi 1.000 Rumah di Pedalaman Papua

Rabu, 02 Agustus 2023 – 21:32 WIB
Kuntjoro Pinardi Ajak Mak-Mak Menerangi 1.000 Rumah di Pedalaman Papua. Foto: dok. pribadi

jpnn.com, JAKARTA - Cendikiawan Kuntjoro Pinardi rela meninggalkan kariernya di Eropa, untuk membantu memberikan penerangan ribuan rumah di pedalaman Papua.

Dia mengajak ratusan mak-mak setempat untuk bekerja sama memberi manfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Artinya juga meningkatkan kesejahteraan warga sekitar.

BACA JUGA: Terangi Papua Pegunungan, Yonif R 321 Kostrad Bangun PLTMH

Lulusan Delft Univeristy of Technology di Belanda, ini merupakan guru besar madya di salah satu perguruan tinggu di Swedia.

Pada 2004, dia memutuskan pulang ke tanah air menjadi dosen serta profesional di bidang telekomunikasi dan IT. 

BACA JUGA: Manfaatkan Inovasi EBT, PLTMH Panji Muara Jadi Pembangkit Listrik Hidro Pertama di Pulau Dewata

Dia mengabdikan diri bersama masyarakat Papua, dalam pembangunan Pembangkit Listrik tenaga Mikrohidro (PLTMH) di Desa Wehali, Sorong Selatan, Papua Barat, pada 2011.

"Saat itu saya memikirkan masih belum tersentuhnya pelosok-pelosok terdalam oleh listrik, meski sudah puluhan tahun Indonesia merdeka," ujar Kuntjoro, dalam keterangannya, Rabu (2/8).

BACA JUGA: PLTMH Ilaga Diresmikan, Bupati Puncak: Pak Jokowi Menjawab Kerinduan Kami Akan Listrik

Dia mengaku tertarik ikut dalam pembangunan PLTMH bukan karena faktor materi, tetapi juga memperbaiki image branding masyarakat yang saat itu selalu memiliki stigma negatif bagi masyarakat Indonesia di daerah lain.

“Nilai project saya waktu itu tidak besar, membangun Mikrohidro setara dengan 120 kilowatt. Jadi, produksi bisa menangani daya 120.000, kira-kira bisa (mengaliri) 1.000 rumah,” kenang alumnus Universitas Gadjah Mada.

Berbagai tantangan dialami dalam pembangunan PLTMH. Ada kesalahan pada desainnya karena mustahil membangun di tanah masyarakat yang bisa memicu konflik dan potensi gangguan saat pembangunan.

Saat memulai pembangunan Mikrohidro tersebut, tim yang dibawa Kuntjoro sangat minimal tanpa pengawalan keamanan dari polisi maupun TNI.

"Saya datang ke sana hanya membawa satu admin untuk pengelolaan project, tiga tukang, yaitu dua tukang las, satu tukang kayu, dan batu," kenangnya.

Demi menghindari proyek yang mangkrak karena kehabisan dana, efisiensi yang dilakukan Kuntjoro adalah dengan mengajak para ibu-ibu di sekitar Desa Wehali untuk membantunya menyelesaikan pembangunan PLTMH tersebut.

Mantan Direktur PT PAL ini meminta bantuan ratusan wanita menarik pipa-pipa seberat dua ton sepanjang 300 meter. Dia juga memberdayakan masyarakat membuat batu untuk pondasi.

Dia mengajari cara mencari batu di sungai, kemudian mengolahnya untuk pembuatan bendungan hingga membangun rumah turbin dengan batu bata sendiri.

Pembangunan PLTMH ini meninggalkan kesan mendalam bagi Kuntjoro kepada masyarakat Papua. Dia menganggap bahwa mereka bukanlah orang-orang pemalas.

Warga Papua justru kurang beruntung karena lapangan kerja yang sangat minim. “Ketuklah hati mereka, ayo ajak maju bersama. Mereka bisa, kok," ungkap Kuntjoro. (jlo/jpnn)


Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler