jpnn.com, JAKARTA - BRI mendapatkan alokasi KUR terbesar untuk tahun 2024, yakni senilai Rp 165 triliun atau tercatat lebih rendah dibandingkan target 2023 sebesar Rp 194,4 triliun.
Seperti diketahui, pemerintah melalui Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI telah menargetkan penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebesar Rp 300 triliun pada 2024.
BACA JUGA: BRI Meraih Lebih dari 200 Penghargaan Sepanjang 2023, Sebanyak 53 Bertaraf Global
Direktur Bisnis Mikro BRI Supari mengungkapkan perseroan berkomitmen untuk dapat memenuhi target tersebut mengingat saat ini BRI sudah memiliki infrastruktur yang memadai serta sumber pertumbuhan baru melalui Ekosistem Ultra Mikro bersama Pegadaian dan PNM.
“Dari sisi infrastruktur, saat ini BRI telah memiliki BRISPOT yang terus dioptimalisasikan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pekerjaan tenaga pemasar (mantri). Selain itu kami juga akan mengoptimalkan potensi dari ekosistem model bisnis baru seperti PARI dan Localoka,” imbuh Supari.
BACA JUGA: Tanggap Bencana, BRI Distribusikan Bantuan Erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki
Pada 2023 lalu, BRI sendiri berhasil berhasil menyalurkan KUR senilai Rp 163,3 triliun kepada 3,5 juta debitur.
Mayoritas penyaluran KUR BRI disalurkan untuk sektor produksi dengan proporsi mencapai 57,38 persen.
Supari menambahkan BRI juga saat ini telah memiliki sumber pertumbuhan baru melalui Holding Ultra Mikro yang diyakini dapat mendorong penyaluran KUR kepada grassroot.
Supari menjelaskan dua tahun, integrasi dari ekosistem ultra mikro tersebut berhasil memberikan akses pembiayaan, literasi keuangan dan pemberdayaan kepada lebih dari 37 juta nasabah peminjam dan 165 juta rekening tabungan mikro.
Di samping itu, penciptaan lapangan pekerjaan, peningkatan pendapatan masyarakat dan perekonomian grass root juga tercipta dari ekosistem ini, salah satunya terbukti dari peningkatan 1 juta debitur ultra mikro yang naik kelas ke segmen mikro.
"Pendekatan oleh integrasi ekosistem ultra mikro ini dapat menjadi role model untuk menaikkelaskan pelaku usaha di ekonomi grass root secara terstruktur dan berkelanjutan (sustain),” imbuh Supari.
Supari menambahkan secara umum, ekosistem ultra mikro ini mampu membuka akses keuangan dan memberikan customer experience yang baik terhadap layanan keuangan yang di-customize sesuai dengan kebutuhan nasabah ultra mikro.
"Hasilnya masyarakat segmen ultra mikro yang belum terlayani keuangan formal di Indonesia turun dari 30 juta orang di 2018 menjadi hanya sekitar 9 juta pada 2023," pungkas Supari.(jpnn)
Redaktur : Elvi Robiatul
Reporter : Elvi Robiatul, Elvi Robiatul