JAKARTA - Persiapan penerapan kurikulum 2013 15 Juli 2013 nanti terus dilakukan pemerintah baik guru maupun pencetakan buku. Namun menurut Prof. Dr Tilaar, kurikulum baru ini tidak akan berhasil bahkan tinggal menunggu kegagalannya.
Dia mengatakan, dari sisi anggaran, kurikulum 2013 yang menghabiskan APBN Rp 829 miliar hanya pemborosan. Dia juga berharap Presiden bersama kabinet hasil Pemilu 2014 nanti meninjau kembali kebijakan ini karena ini pemborosan yang tidak bisa dipertanggung jawabkan.
Nah, bicara kurikulum 2013 sendiri yang akan menggunakan model tematik integratif, Prof Tilaar menilai model ini bukanlah mudah. Dari segi persiapan dia meihat banyak keukrangan dan terlalu tergesa-gesa.
"Yang namanya tematik integratif, saya pernah tunjukkan di ITB, itu sudah pernah dijalankan tahun 1934 oleh Hindia-Belanda, tapi bukan mudah ini," kata Tilaar di Jakarta, Selasa (2/7).
Pria kelahiran Tondano tahun 1932 ini melihat kurikulum 2013 telah mengubah struktur kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang kini dijalankan. Mestinya, kata dia, pemerintah mengevalusasi dulu KTSP, baru melengkapi kekurangannya.
"Hindia-Belanda waktu itu sudah mencoba tematik integral, tidak berhasil, sulit banget. Dan itu tidak dilakukan untuk seluruh mata pelajaran, bagaimana jika digabung semua," ujar peraih gelar master of science of education dari Indiana University itu.
Saat membahas kurikulum 2013 ini di ITB, juga muncul pertanyaan dari para profesor di sana tentang bagaimana mengembangkan minat siswa terhadap sains bila menggunakan model tematik integratif. Namun hal itu tidak pernah terjawab.
"Bagaimana mengembangkan minat sains. Bagaimana memasukkan matematika ke dalam Bahasa Indonesia, itu pertanyaan orang ITB, bagaimana caranya. Kalau yang lain sih boleh saja diintegrasikan. Tapi sains dimasukkan dalam Bahasan Indonesia bagaimana," ujarnya mempertanyakan.
Ditambahkannya, perubaha kurikulum pendidikan nasional tidak hanya menjadi perhatian nasional tapi juga internasional. Karena dalam forum sains di Amerika Serikat, hal ini juga pernah dibahas dalam Majalah Sains.
"Salam majalah sains terbitan September 2012 lalu, perubahan kurikulum indonesia mereka sebut sebagai sesuatu eksperimen. Sebab, dipertanyakan apakah mungkin dengan pendekatan tematik bisa menumbuhkan minat sians pada anak," pungkasnya.(fat/jpnn)
Dia mengatakan, dari sisi anggaran, kurikulum 2013 yang menghabiskan APBN Rp 829 miliar hanya pemborosan. Dia juga berharap Presiden bersama kabinet hasil Pemilu 2014 nanti meninjau kembali kebijakan ini karena ini pemborosan yang tidak bisa dipertanggung jawabkan.
Nah, bicara kurikulum 2013 sendiri yang akan menggunakan model tematik integratif, Prof Tilaar menilai model ini bukanlah mudah. Dari segi persiapan dia meihat banyak keukrangan dan terlalu tergesa-gesa.
"Yang namanya tematik integratif, saya pernah tunjukkan di ITB, itu sudah pernah dijalankan tahun 1934 oleh Hindia-Belanda, tapi bukan mudah ini," kata Tilaar di Jakarta, Selasa (2/7).
Pria kelahiran Tondano tahun 1932 ini melihat kurikulum 2013 telah mengubah struktur kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang kini dijalankan. Mestinya, kata dia, pemerintah mengevalusasi dulu KTSP, baru melengkapi kekurangannya.
"Hindia-Belanda waktu itu sudah mencoba tematik integral, tidak berhasil, sulit banget. Dan itu tidak dilakukan untuk seluruh mata pelajaran, bagaimana jika digabung semua," ujar peraih gelar master of science of education dari Indiana University itu.
Saat membahas kurikulum 2013 ini di ITB, juga muncul pertanyaan dari para profesor di sana tentang bagaimana mengembangkan minat siswa terhadap sains bila menggunakan model tematik integratif. Namun hal itu tidak pernah terjawab.
"Bagaimana mengembangkan minat sains. Bagaimana memasukkan matematika ke dalam Bahasa Indonesia, itu pertanyaan orang ITB, bagaimana caranya. Kalau yang lain sih boleh saja diintegrasikan. Tapi sains dimasukkan dalam Bahasan Indonesia bagaimana," ujarnya mempertanyakan.
Ditambahkannya, perubaha kurikulum pendidikan nasional tidak hanya menjadi perhatian nasional tapi juga internasional. Karena dalam forum sains di Amerika Serikat, hal ini juga pernah dibahas dalam Majalah Sains.
"Salam majalah sains terbitan September 2012 lalu, perubahan kurikulum indonesia mereka sebut sebagai sesuatu eksperimen. Sebab, dipertanyakan apakah mungkin dengan pendekatan tematik bisa menumbuhkan minat sians pada anak," pungkasnya.(fat/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Penerimaan Siswa Baru di DKI Gunakan Sistem Zonasi
Redaktur : Tim Redaksi