Kurikulum Bagus Guru Jelek, Percuma

Kamis, 22 November 2012 – 05:56 WIB
Darmaningtyas. Foto: M Fathra Nazrul Islam/JPNN
KEMENTERIAN Pendidikan dan Kebudayaan sedang sibuk memasak kurikulum pendidikan 2013. Meski ada kritikan, tampaknya tetap bakal ada perubahan kurikulum secara mendasar.

Sudah sejak lama publik bertanya, mengapa kurikulum sering gonta-ganti. Bahkan ada yang menganggap perubahan kurikulum sebagai tradisi: ganti menteri, ganti kurikulum'. Tapi ini, menterinya gak ganti pun, kurikulum mau dirombak.

Nah, bagaimana pendapat Darmaningtyas, pengamat pendidikan, yang juga ikut dalam pembahasan perubahan kurikulum itu?

Berikut petikan wawancara wartawan JPNN, M Fathra Nazrul Islam dengan Darmaningtyas, di Jakarta, Rabu (21/11).

Bagaimana pendapat Anda soal wacana penghapusan Bahasa Inggris dari kurikulum SD?
Sejak dulu itu Bahasa Inggris tidak ada di kurikulum. Di kurikulum yang sekarang (KTSP) kita jalani juga tidak ada. Cuma, dia diberikan di mata pelajaran pengembangan diri atau di muatan lokal. Penting tidaknya, itu sangat tergantung pada letak sekolahnya. Kalau di Papua, NTT, Aceh, itu tidak relevan. Tetapi, untuk daerah perkotaan itu relevan dan penting. Katakanlah untuk daerah pariwisata seperti di Bali, itu penting. Jadi semua sangat ditentukan situasional dan kondisional.

Kurikulum 2013 akan melebur IPA/IPS menjadi metode tematik integratif, apa itu bagus?

Itu masih untuk kelas 1 sampai kelas 3. Itu sudah pasti dan bisa diterima semua pihak, karena kelas 1-3 itu fokusnya pada membaca, menulis dan berhitung (Calistung). Tetapi kalau kelas 4-6 itu, masih dalam proses negosiasi, jadi belum ada keputusan final. Mungkin nanti komprominya adalah kelas 1-3 tiga itu terintegrasi dengan bidang studi lain, yang kelas 4-6 itu muncul sebagai mata pelajaran, tapi itu kan masih proses, belum ada keputusan sampai sekarang.

Kurikulum ini juga menentukan untuk pembentukan karakter, apakah kurikulum yang ada belum mampu berperan dalam pembentukan karakter?
Sebetulnya pertanyaan itu adalah pertanyaan yang sama dan pernah saya lontarkan kepada mereka. Apa yang menjadi problem dalam kurikulum sekarang ini, gitu. Kalau soal karakter itu sebenarnya kan bisa diberikan dalam berbagai mata pelajaran. Pelajaran olahraga itu bisa bentuk karakter, pelajaran seni juga bisa jadi bagian dari pendidikan karakter. Jadi sebetulnya kalau soal pendidikan karakter, tidak harus sampai mengubah kurikulum, tapi substansi dari pendidikannya itu sendiri yang harus diubah.

Bagaimana Anda memandang perubahan kurikulum 2013 ini?

Kalau saya sih belum melihat keunggulan dari kurikulum yang kita jalankan sekarang. Jadi ya, ini cuma keputusan politik saja, bahwa kurikulum harus berubah. Jadi kalau substansi, saya belum melihat keunggulan dari kurikulum yang kita jalankan sekarang.

Soal pramuka yang akan dijadikan ekstrakurikuler wajib?
Saya sejujurnya setuju. Mengapa? Karena kepanduan itu adalah yang selama ini menjadi wahana untuk menumbuhkan sikap nasionalisme. Tapi kemudian tergerus oleh model-model pendidikan yang sangat sektarian, sehingga itu menjadi sangat diperlukan. Dengan menjadi wajib, supaya tidak menjemukan, substansinya harus diubah. Karena itu pendidikan kepramukaan harus jadi perhatian yang sangat intens.

Substansi apa yang perlu ditekankan?
Nasionalisme, sekarang nasionalisme kita makin tergerus oleh globalisasi ekonomi, globalisasi informasi, akhirnya orang jadi berkutat, asyik dengan diri sendiri, kebangsaannya jadi terlewatkan. Nah, dengan menekankan aspek nasionalisme, penghargaan kita terhadap sesama jadi kuat.

Fakta bahwa sekarang di sekolah-sekolah muncul organisasi-organisasi yang berbasis keagamaan, menjadi praktek fundamentalisme, itu kan jadi masalah. Justru itu terjadi di sekolah-sekolah negeri. Misal di sekolah negeri ceweknya tidak boleh menyanyi karena suara perempuannya adalah aurat. Kemudian ada studi mengatakan, 80 persen mahasiswa di PTN-PTN menolak Pancasila. Itu kan persoalan kita sebagai bangsa. Karena pancasila sudah tidak kita anggap sebagai perekat sebagai bangsa.

Soal pendidikan berbasis TIK, apa nanti tidak terkendala di daerah yang sulit akses internetnya?

TIK itu sekarang dihapus di kurikulum yang akan datang, karena TIK itu adalah bagian dari sarana. TIK itu kan diterjemahkan sebagai pendidikan keterampilan komputer. TIK itu harus jadi sarana, bukan tujuan. Jadi sekarang tidak relevan ada pelajaran TIK, kemarin-kemarin iya. TIK itu akan jadi sarana untuk pembelajaran.

Anda bilang perubahan kurikulum adalah keputusan politik. Kalau melihat kondisi pendidikan sekarang, apa perlu kurikulum pendidkan nasional diubah?
Ya kalau kamu bilang ke saya, ya gak perlu. Kenapa? karena yang jadi problem kan implementasinya, jadi implementasinya saja yang diperbaiki. Kalau toh harus diubah, sifatnya hanya tambal sulam. Yang sudah tidak relevan dimasukin, ditambalin. Tapi yang sudah bagus jalan saja, gitu loh. Seperti kurikulum 1984.

Perubahan kurikulum menuntut guru lebih inovatif?

Perubahan kurikulum justru di situ, masalahnya ada pada guru. Kurikulum sebagus apa pun, kalau di tangan guru yang jelek, hasilnya jelek. Kurikulum sejelek apapun, kalau gurunya bagus, hasilnya akan bagus.***
BACA ARTIKEL LAINNYA... Siapkan Selebrasi Rahasia di Valencia

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler