Mulai dari tenaga kerjanya seperti guru yang benar-benar harus memiliki penambahan kemampuan sesuai dengan aturan dan kriteria yang dibutuhkan pada kurikulum tersebut.
Hal tersebut dikatakan oleh Aa Sudaya selaku Kepala Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Baleendah, kepada wartawan pada Rabu (17/7). Dengan demikian, kata Aa, banyak sekolah yang mau tidak mau menerapkan kurikulum tersebut dengan kondisi yang belum siap.
"Kurikulum itu secara resmi harus diterapkan pada ajaran baru sekarang tepatnya pada 15 Juli 2013 lalu. Tapi, kita jujur saja kesiapan untuk tenaga kerja seperti guru masih belum maksimal. Tapi mau gimana lagi, kita terapkan saja sambil berjalan," ujar Aa di SMAN 1 Baleendah.
Secara garis besar, jelas Aa, kurikulum 2013 ini berisi tentang bagaimana mencetak siswa yang memiliki budi pekerti lebih baik, siswa yang beradab dan memiliki moral akhlak yang terpuji.
Dengan demikian, kata Aa, solusi yang pihaknya lakukan dalam menerapkan kurikulum ini dengan mengadakan kegiatan pesantren kilat bertepatan dengan bulan puasa.
"Nah, Jika melihat jadwal biasanya pesantren kilat ini akan dilakukan pada pertengahan bulan puasa, kita majukan saja di awal minggu puasa sebagai solusi penerapan kurikulum 2013 ini," ujarnya.
Selain masalah kesiapan tenaga kerja, Sambung Aa, masalah lainnya terkait anggaran untuk memberikan pelatihan kepada para guru yang bakal menerapkan kurikulum 2013 ini. Sejauh ini, kata dia, pihak sekolah masih juga memikirkan untuk mencari solusi tambahan anggaran untuk proses bimbingan teknis (bimtek) kepada guru tersebut.
"Dalam menerapkan kurikulum ini guru juga harus diberikan pelatihan dengan menghadirkan narasumber yang kompeten. Sehingga kita sudah perhitungkan anggaran yang bakal dihabiskan untuk satu sekolah sekitar Rp 36 juta dalam waktu tiga hari pelatihan yang bakal diikuti oleh 72 guru di SMAN 1 Baleendah ini. Peruntukan anggaran tersebut mulai dari untuk biaya operasional berlangsungnya pelatihan, biaya untuk narasumber," jelasnya.
Sementara itu, Aktivis Pendidikan Kabupaten Bandung, Edi Gaswanto menilai, banyaknya sekolah yang belum siap untuk menerapkan kurikulum baru tersebut, dikarenakan nomor satunya dari kesiapan guru.
"Harusnya, guru-guru harus mengikuti pelatihan untuk persiapan bahan ajar. Para guru pun perlu adaptasi dan juga perlu waktu. Sehingga, sekolah dan para guru pun kerepotan untuk menerapkan kurikulum baru ini. Jadi, kesiapan untuk menerapkan kurikulum ini harus maksimal, sehingga guru pada saat mengajar pun siswa bisa langsung memahami dengan kurikulum baru ini," pungkasnya. (try)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tak Libatkan Dinas, Pemicu Distribusi Buku Kurikulum 2013 Ngadat
Redaktur : Tim Redaksi