jpnn.com, JAKARTA - BNI Syariah berhasil membukukan laba bersih Rp 165 miliar pada semester pertama 2017.
Jumlah itu meningkat 13 persen dibanding periode sama tahun lalu sejumlah Rp 146 miliar.
BACA JUGA: Kuartal II 2017, BNI Syariah Catat Pertumbuhan Positif
Pertumbuhan laba bersih didukung ekspansi pembiayaan dan kontribusi komposisi dana rasio murah.
Efisiensi operasional usaha terjaga juga menyokong pertumbuhan laba bersih.
BACA JUGA: Aset BNI Syariah Naik 5 Kali Lipat dalam 7 Tahun
Aset tercatat Rp 30,6 triliun alias tumbuh 19,7 persen dibandingkan edisi sama tahun lalu di kisaran Rp 25,7 triliun.
Pertumbuhan aset itu mengangkat posisi perusahaan diantara jajaran bank syariah tanah air.
BACA JUGA: BNI Syariah Jalin Kerja Sama dengan Transjakarta
”Secara psikologis kami mengalahkan bank pesaing. Kami bersyukur atas capaian ini,” tutur Direktur Utama BNI Syariah Abdullah Firman Wibowo, Selasa, (25/7).
Di sisi lain, terjadi peningkatan pembiayaan syariah dari Rp 18,9 triliun menjadi Rp 22,5 triliun.
Perinciannya, porsi pembiayaan konsumer 51,9 persen, ritel produktif 21,7 persen, komersial 19,3 persen, mikro 5,6 persen, dan pembiayaan Hasanah Card 1,5 persen.
”Untuk pembiayaan konsumer, mayoritas portofolio BNI Griya iB Hasanah 84,9 persen,” tukas Firman.
Dana pihak ketiga (DPK) naik dari Rp 21,8 triliun menjadi Rp 26,7 triliun.
Rasio dana murah (CASA) sebesar 47,6 persen, naik dari edisi sama tahun sebelumnya di kisaran 47,1 persen.
Pendapatan berbasis komisi atau fee based income perseroan mengalami peningkatan 34 persen secara tahunan atau year on year (yoy).
Total fee based income itu menyumbang delapan persen dari total laba bersih.
”Sebagian besar laba dari bagi hasil atau pendapatan bunga 90 persen,” tambah Direktur Bisnis BNI Syariah Dhias Widhiyati. (far)
BACA ARTIKEL LAINNYA... BNI Fokus Kembangkan Konsep DigiNation
Redaktur & Reporter : Ragil