Direktur Utama Bank BRI Sofyan Basir mengatakan saat ini beban operasional selain bunga bersih turun mencapai 20,53 persen. Yakni dari Rp 13,10 triliun menjadi Rp 10,41 triliun. Penurunan beban operasional selain bunga itu mengimbangi stagnasi pendapatan bunga bersih menjadi Rp 25,97 triliun, dari Rp 25,69 triliun pada september 2011.
"Dana pihak ketiga atau DPK kita juga naik 20,48 persen," terangnya pada pemaparan kinerja kuartal ketiga, kemarin (31/10). Disebutkan, BRI membukukan DPK sebesar Rp 373,14 triliun pada kuartal III 2012, meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 309,71triliun.
Sebagai bank dengan bisnis micro banking terbesar di dunia, BRI juga berhasil menyalurkan kredit mikro sebesar Rp 84,9 trilun, kepada 3,9 juta debitur mikro baru.
Penyaluran kredit tesebut menghasilkan outstanding kredit sebesar Rp 101,1 triliun pada akhir September 2012, dengan total debitur mikro sebesar 5,5 juta orang.
Sofyan menjelaskan, meski saat ini BRI terus melakukan ekspansi kredit, akan tetapi pihaknya juga tengah berhati-hati. Hal ini lantaran mengaca pada krisis 1997/1998 silam, bank semakin selektif dalam menjalankan ekspansinya. Artinya, bank juga menjaga keberadaan NPL (non performing loan/ rasio kredit bermasalah) supaya tidak terlampau tinggi.
"NPL gross kami berhasil ditekan. Yakni darti 3,26 persen menjadi 2,33 persen. Penurunan NPL ini akibat kredit kami semakin berkualitas, bukan lantaran kami ekspansif pada kredit, sehingga NPL terlihat lebih kecil," tegasnya.
Sebagai catatn komposisi loan to deposit ratio (LDR) BRI mencapai 85,23 persen. Rasio profitabilitas atau ROA naik dari 4,67 persen pada kuartal III 2011 menjadi 4,87 persen pada kuartal III 2012. Sementara capital adequacy ratio (CAR/rasio kecukupan modal) meningkat menjadi 15,95 persen dari 14,84 persen (yoy/year on year). (Gal)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Laba Telkom Berpeluang Tembus Rp 13 Triliun
Redaktur : Tim Redaksi