SABAH - Pencerobohan ( penyusupan) kelompok bersenjata beretnis Sulu rupanya bukan yang pertama terjadi di kawasan Lahad Datu, Sabah Malaysia.
Pada 25 September 1985 perampok bersenjata asal Filipina Selatan pernah masuk dan hampir menguasai kota.
"Kelompok ini memang ahli menyusup, ahli menyamar, dan menyerang mendadak," ujar LO Polri Konsulat Tawau Kompol Fibri Karpiananto yang kemarin berkunjung ke Lahad Datu. Pada 25 September 1985 itu, gerombolan bersenjata bahkan menyerang langsung kota Lahad Datu, menyerbu kantor polisi dan merampok bank.
Kontak tembak saat itu memakan korban 11 warga sipil dan 26 militan tewas. "Jadi sangat wajar kalau pemerintah Malaysia memberlakukan daerah Lahad Datu sekarang sebagai Special Security Area," katanya.
Karena kota ditetapkan sebagai kawasan keamanan khusus, penjagaan lebih ketat lagi. Seluruh toko diminta tutup jam enam sore maksimal. Di tiap lokasi strategis pasti ada petugas bersenjata lengkap.
"Justru kota lebih berbahaya jika diserang mendadak,kalau di Kampung Tanduo posisi mereka sudah dikepung ribuan tentara, susah bergerak," katanya.
Dia kembali mengingatkan koran ini untuk selalu waspada. Termasuk jika dikuntit orang tak dikenal. "Dalam kondisi seperti ini, siapapun bisa diperiksa dan ditangkap," katanya.
Dalam penjelasannya pada pers di media centre Felda Sahabat Residence, Kepala Polisi Diraja Malaysia Inspektur Jendral Tan Sri Ismail Omar menjelaskan sejak awal operasi sudah ada 79 orang yang ditangkap.
Mereka dibekuk berdasar undang undang Security Offences Special Measures Act yang diundangkan tahun lalu (2012). "Saya tak bisa menjelaskan siapa mereka karena membahayakan siasat (strategi) operasi Daulat ini," katanya.
Yang jelas, Ismail Omar menegaskan siapapun yang dicurigai terkait dengan gerilyawan Sulu, langsung maupun tidak langsung akan dibekuk tanpa pandang bulu. "Ini adalah demi memastikan keamanan masyarakat terutama di sabah tetap terkawal (terjaga) dengan aman dan baik," katanya.
Ismail Omar juga menunjukkan seragam gerilyawan yang berhasil disita di lokasi Kampung Tanduo dan Tanjung Labian, Felda Sahabat, Lahad Datu Sabah. "Kami belum bisa memastikan namanya, yang jelas itu salah satu ketua kelompok ini," katanya.
Operasi kemarin dimulai sejak pukul 2 dinihari dengan serangkain bom. Ledakannya cukup keras dan terdengar di Barak Embara Budi, tempat TKI mengungsi. "Berulang-ulang, ada sekitar 20 kali lebih," kata Warman salah seorang TKI yang ditemui Jawa Pos kemarin.
Pasukan Tentara darat Malaysia juga mengirimkan bantuan canon canon jarak pendek yang dalam bahasa militer Malaysia disebut meriam condor. Meriam jenis ini meluncurkan mortar jarak dekat dengan jangkauan efektif sekitar tiga hingga empat kilometer.
Untuk memenuhi logistik ribuan tentara Malaysia, setiap hari dikirimkan buah-buahan dari Tawau sebanyak dua ton. "Meliputi water melon (semangka), papaya, manga dan sebagainya," kata Ridwan staf Konsulat Tawau yang kebetulan kenal dengan supplier tentara Malaysia itu.
Buah-buahan dibawa dalam bentuk utuh ke kamp Cendrawasih (sekitar 30 km dari tkp) dan dikupas oleh ibu-ibu warga sekitar camp. " Kalau untuk kebutuhan 10 ribu tentara ya wajar jumlah sebanyak itu," katanya. (rdl)
Pada 25 September 1985 perampok bersenjata asal Filipina Selatan pernah masuk dan hampir menguasai kota.
"Kelompok ini memang ahli menyusup, ahli menyamar, dan menyerang mendadak," ujar LO Polri Konsulat Tawau Kompol Fibri Karpiananto yang kemarin berkunjung ke Lahad Datu. Pada 25 September 1985 itu, gerombolan bersenjata bahkan menyerang langsung kota Lahad Datu, menyerbu kantor polisi dan merampok bank.
Kontak tembak saat itu memakan korban 11 warga sipil dan 26 militan tewas. "Jadi sangat wajar kalau pemerintah Malaysia memberlakukan daerah Lahad Datu sekarang sebagai Special Security Area," katanya.
Karena kota ditetapkan sebagai kawasan keamanan khusus, penjagaan lebih ketat lagi. Seluruh toko diminta tutup jam enam sore maksimal. Di tiap lokasi strategis pasti ada petugas bersenjata lengkap.
"Justru kota lebih berbahaya jika diserang mendadak,kalau di Kampung Tanduo posisi mereka sudah dikepung ribuan tentara, susah bergerak," katanya.
Dia kembali mengingatkan koran ini untuk selalu waspada. Termasuk jika dikuntit orang tak dikenal. "Dalam kondisi seperti ini, siapapun bisa diperiksa dan ditangkap," katanya.
Dalam penjelasannya pada pers di media centre Felda Sahabat Residence, Kepala Polisi Diraja Malaysia Inspektur Jendral Tan Sri Ismail Omar menjelaskan sejak awal operasi sudah ada 79 orang yang ditangkap.
Mereka dibekuk berdasar undang undang Security Offences Special Measures Act yang diundangkan tahun lalu (2012). "Saya tak bisa menjelaskan siapa mereka karena membahayakan siasat (strategi) operasi Daulat ini," katanya.
Yang jelas, Ismail Omar menegaskan siapapun yang dicurigai terkait dengan gerilyawan Sulu, langsung maupun tidak langsung akan dibekuk tanpa pandang bulu. "Ini adalah demi memastikan keamanan masyarakat terutama di sabah tetap terkawal (terjaga) dengan aman dan baik," katanya.
Ismail Omar juga menunjukkan seragam gerilyawan yang berhasil disita di lokasi Kampung Tanduo dan Tanjung Labian, Felda Sahabat, Lahad Datu Sabah. "Kami belum bisa memastikan namanya, yang jelas itu salah satu ketua kelompok ini," katanya.
Operasi kemarin dimulai sejak pukul 2 dinihari dengan serangkain bom. Ledakannya cukup keras dan terdengar di Barak Embara Budi, tempat TKI mengungsi. "Berulang-ulang, ada sekitar 20 kali lebih," kata Warman salah seorang TKI yang ditemui Jawa Pos kemarin.
Pasukan Tentara darat Malaysia juga mengirimkan bantuan canon canon jarak pendek yang dalam bahasa militer Malaysia disebut meriam condor. Meriam jenis ini meluncurkan mortar jarak dekat dengan jangkauan efektif sekitar tiga hingga empat kilometer.
Untuk memenuhi logistik ribuan tentara Malaysia, setiap hari dikirimkan buah-buahan dari Tawau sebanyak dua ton. "Meliputi water melon (semangka), papaya, manga dan sebagainya," kata Ridwan staf Konsulat Tawau yang kebetulan kenal dengan supplier tentara Malaysia itu.
Buah-buahan dibawa dalam bentuk utuh ke kamp Cendrawasih (sekitar 30 km dari tkp) dan dikupas oleh ibu-ibu warga sekitar camp. " Kalau untuk kebutuhan 10 ribu tentara ya wajar jumlah sebanyak itu," katanya. (rdl)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Gerilyawan Sulu Kehabisan Makanan
Redaktur : Tim Redaksi