Laksamana Yudo Margono Layak Menjadi Panglima TNI Menggantikan Marsekal Hadi Tjahjanto

Rabu, 02 Juni 2021 – 12:30 WIB
Pengamat Intelijen, Pertahanan dan Keamanan, Ngasiman Djoyonegoro. (ANTARA/HO-Dok Pribadi)

jpnn.com, JAKARTA - Pengamat intelijen, pertahanan dan keamanan Ngasiman Djoyonegoro menyatakan Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana TNI Yudo Margono layak menjadi Panglima TNI menggantikan Marsekal TNI Hadi Tjahjanto yang pensiun pada akhir 2021.

Ngasiman menjelaskan tentang loyalitas, tak ada yang bisa membantah kesetiaan Kasal ke-27 itu. Seluruh tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya selalu dilaksanakan dan diselesaikan dengan baik dan paripurna," kata Ngasiman dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Rabu (2/6).

BACA JUGA: Panglima TNI dan Kapolri ke Papua Lagi, Begini Kata Irjen Fakhiri

Menurut dia, Laksamana Yudo Margono yang mulai menjabat sebagai Kasal pada 20 Mei 2020, tidak sembarang menjadi prajurit TNI AL.

Serangkaian kemampuan dan kecakapan, serta loyalitas adalah sebagian syarat yang harus dimiliki untuk mengemban posisi tersebut.

BACA JUGA: Laksamana Yudo Bagikan Paket Sembako Gratis Kepada Prajurit TNI AL

Menurut Simon, panggilan akrab Ngasiman Djoyonegoro, rekam jejak itu dibuktikan Laksamana Yudo jauh sebelum menjadi Kasal.

Dia mencontohkan, saat menjabat sebagai Panglima Koarmada 1, Yudo dengan kesigapannya memimpin Satgas Laut dalam SAR pencarian bangkai pesawat Lion Air JT 160 yang jatuh di perairan laut Jawa pada 2019.

BACA JUGA: Selamat, Laksamana TNI Yudo Margono Terima Bintang Kehormatan Bhayangkara Utama

Menurut dia, dengan kesigapan satgas di bawah pimpinan Yudo, tak butuh lama untuk menemukan serpihan dan CVR pesawat nahas tersebut.

"Kesuksesan pada saat menjabat Pangkoarmada 1 mengantarkannya menjabat sebagai Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan 1 (Pangkogabwilhan 1)," kata Simon.

Dia melanjutkan sebagai Pangkogabwilhan 1 yang merupakan organisasi baru TNI untuk mengantisipasi tantangan keamanan ke depan, wilayah kewenangan Yudo bukan hanya di laut tetapi meliputi darat, laut, dan udara.

Tantangan dan permasalahan yang dihadapi makin besar. Menjalani jabatan itu pun bukan masalah yang besar bagi sosok Yudo Margono.

Dengan wawasan dan pengalamannya memimpin, Yudo berada posisi terdepan di kisruh perairan Natuna yang diklaim sebagai wilayah China.

"Berulang kali dia memerintahkan kapal-kapal TNI untuk melakukan penegakan hukum di wilayah yang masuk hak berdaulat Indonesia tersebut. Sebagai Pangkogabwilhan 1, dia punya pengalaman membawahi AD, AL dan AU," tutur Simon.

Lebih lanjut, Simon menjelaskan bahwa saat virus corona merebak di berbagai penjuru dunia dan Indonesia harus memulangkan WNI dari Wuhan, Yudo kembali dipercaya untuk memimpin proses rehabilitasi di hanggar Lanud Raden Sadjad, Natuna.

Tak hanya itu, observasi ABK kapal pesiar di Kepulauan Seribu juga dikomandoi oleh Yudo.

Pemerintah lalu membangun RSD di Wisma Atlet Kemayoran.

Setelah beroperasi, Yudo juga dipercaya memimpin operasional RSD sampai akhirnya diserahkan ke Pangdam Djaya Mayjend TNI Eko Margiyono kala itu.

Begitu juga dengan RSD Pulau Galang, Yudo juga yang mengomandoi. Saat menjabat Kasal, perhatian kepada relawan tenaga medis Covid-19 di Wisma Atlet terus diberikan.

Hingga pada akhirnya, kata dia, sebagai apresiasi dan pemenuhan komitmen, Yudo Margono mengangkat relawan Covid-19 menjadi prajurit TNI AL.

"Pengalamannya memimpin di jajaran Kogabwilhan 1 membuktikan bahwa Laksamana TNI Yudo Margono adalah seorang prajurit sejati yang dapat mengomandoi lingkup 3 matra, darat, laut dan udara," ujar Simon.

Selain itu, Simon melanjutkan bahwa sebagai Kasal, loyalitas Yudo tak perlu ditanya lagi. Garis lurus, tegas dia, itulah jawaban yang akan didapat dari pertanyaan tersebut.

"Loyalitas yang tegak lurus, baik ke atas maupun ke bawah. Ke atas dibuktikan dengan tugas-tugas yang diselesaikannya dengan baik dan paripurna. Ke bawah dibuktikan dengan perhatiannya kepada keluarga besar TNI AL yang menjadi tanggung jawabnya," jelas Simon.

Jika ditengok peristiwa musibah KRI Nanggala-402, kata dia, akan dimengerti bagaimana loyalitasnya kepada keluarga korban.

Bersama Panglima TNI, Yudo ikut melaut untuk mencari keberadaan KRI Nanggala-402.

"Saat KRI Naggala-402 dipastikan tenggelam, Yudo menyambangi beberapa keluarga korban dan bersama presiden, menhan, dan panglima TNI mengadakan pertemuan dengan para keluarga korban," tutur Simon.

Simon mengatakan bahwa Yudo punya keunggulan apabila nanti menjadi panglima TNI untuk mengatasi masalah di tanah air.

Hal ini didasarkan pada beberapa alasan.

Pertama, kata dia, pengamanan wilayah laut dan kepulauan dari pencaplokan oleh negara-negara lain.

Akibat potensi eskalasi konflik lintas negara di Laut China Selatan ke depan yang cukup tinggi serta dukungan penjagaan laut yang merupakan garda terdepan dalam menjaga kedaulatan, tentu upaya diplomasi tetap dijalankan.

Di samping itu, kejahatan transnasional, seperti penyelundupan senjata juga terjadi di laut.

"Yang pertama, tentu pengamanan wilayah laut dan kepulauan dari pencaplokan oleh negara-negara lain," tuturnya.

Kedua, lanjut Simon, visi Indonesia sebagai poros maritim dunia perlu dilanjutkan.

Poros maritim dunia bertujuan menjadikan Indonesia sebagai negara maritim yang besar, kuat, dan makmur melalui pengembalian identitas sebagai bangsa maritim, pengamanan kepentingan dan keamanan maritim, memberdayakan potensi maritim untuk mewujudkan pemerataan ekonomi tanah air.

Ketiga, Yudo dinilai bisa membangun sinergisitas dan soliditas dengan tiga matra dan Polri.

Keempat, Yudo juga punya pengalaman memimpin penanganan Covid-19.

Saat memimpin, lanjut Simon, Yudo memahami bagaimana perkembangan dunia teknologi kesehatan yang diperuntukkan bagi kekuatan militer.

Artinya, dalam upaya mencegah ancaman biowarfare (perang biologi) ke depan, menurut Yudo, sangat diperlukan.

Terakhir, Simon menegaskan tentu saja karena pengalaman serta loyalitasnya yang tak terbantahkan.

Tak hanya Kasal Laksamana TNI Yudo Margono yang memiliki peluang untuk menjabat sebagai Panglima TNI, tetapi Kasad Jenderal TNI Andika Perkasa dan Kasau Marsekal TNI Fadjar Prasetyo juga memiliki peluang yang sama. (antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler