Lalulintas di Lapangan Merdeka Diubah

Angkot dan Betor Dilarang Masuk

Sabtu, 13 Juli 2013 – 05:20 WIB
MEDAN - Arus lalulintas di seputar Lapangan Merdeka bakal diubah. Perubahan itu untuk menggindari kemacetan parah di seputaran Lapangan Merdeka bila Bandara Kualanamun beroperasi 25 Juli mendatang. Pihak Dinas Perhubungan Kota Medan akan mengkaji perubahan tersebut.

"Dirjen Perkeretapian Kementerian Perhubungan mengusulkan untuk mengubah arus lalu lintas, sebagai antisipasi kemacetan di Lapangan Merdeka. Usulan itu akan kita kaji terlebih dahulu," ujar Kepala Dinas Perhubungan Kota Medan, Renward Parapat kepada Sumut Pos, Jumat (12/7).

Dijelaskannya, sesuai dengan saran tersebut, arus lalu lintas di Lapangan Merdeka ini sama seperti Bandara Polonia, dimana angkutan kota dan becak bermotor dilarang masuk.

"Mungkin kita akan mempertimbangkan Jalan Stasion itu hanya bisa dilalui kendaraan pengantar penumpang kereta api, sedangkan angkutan umum dan betor kita larang lewat. Arus lalu lintas untuk angkot dan betor kita alihkan ke jalan lain," jelasnya.

Namun, Renward belum bisa memastikan kapan mulai perubahan arus tersebut. Pihaknya akan terlebih dahulu melakukan kajian mendalam. "Kita kaji dulu, kalau memang saran ini ampuh, maka akan kita laksanakan. Tapi, kita lihat dulu nanti bagaimana situasi di lapangan. Intinya, kita akan mencari solusi terbaik untuk menghindari kemacetan di seputaran Lapangan Merdeka itu," paparnya.

Solusi lainnya, kata Renward, membedakan antara jalur keluar dan masuk Stasiun Kereta Api tersebut. Dia akan mengusulkan ke PT Kereta Api Indonesia (KAI) agar penumpang yang tiba di Stasiun Besar Medan keluar dari Jalan Jawa, dan yang mau berangkat masuk dari Jalan Stasiun. Cara ini dinilai sangat ampuh untuk mengatasi kemacetan parah di Lapangan Merdeka.

"Solusi lainnya, mungkin dengan cara membedakan pintu keluar penumpang tiba dan berangkat. Penumpang yang tiba keluar melalui Jalan Jawa, sedangkan penumpang yang mau berangkat masuk melalui Jalan Stasiun. Saran ini akan kita usulkan ke PT KAI, apakah bisa seperti itu diberlakukan. Memang Jalan Jawa akan terjadi macet, tapi tidak terlalu parah, karena selama ini arus lalu lintas di Jalan Jawa juga masih standar dan tidak terlalu padat," sebutnya.

Menanggapi hal tersebut, Pemerhati Transportasi Bakti Alamsayah ketika dikonfirmasi menilai ide untuk membedakan pintu masuk dan keluar penumpang Stasiun Kereta Api itu sudah sangat baik. Kondisi ini memang sama dengan di Bandung dan Yogyakarta.

"Itu merupakan ide bagus dan sama seperti di daerah lain seperi Bandung dan Yogyakarta, dimana pintu keberangkatan dan kedatangan stasiun kereta api berbeda," katanya.

Pemerhati dari Universitas Panca Budi ini menambahkan, untuk mengatasi kemacetan di seputaran Lapangan Merdeka, solusi pasti ampuh. Namun, sesuai dengan prinsip transportasi, maka kemacetan akan timbul di daerah lain.

"Dengan solusi itu, memang seputaran Lapangan Merdeka bisa terbebas dari macet, tapi daerah lain mungkin akan bertambah macet. Sesuai dengan prinsip transportasi, bila satu daerah diatasi, maka akan timbul masalah baru di daerah lain. Mungkin Pemko Medan juga harus mencari solusi untuk itu," jelasnya.

Soal larangan angkot atau betor melintas di Jalan Stasiun, Bakti juga menilai merupakan solusi. Namun, harus diketahui juga bahwa masyarakat Kota Medan selama ini sudah identik dengan angkutan kota.

"Larangan itu juga bagus, tapi harus diingat juga bahwa masyarakat kita identik dengan angkot. Pemko Medan mungkin bisa juga mencarikan solusi, seperti membuat jalur khusus angkot, saya rasa itu akan lebih baik. Tapi, secara umum solusi itu sudah sangata baik. Ini membuktikan adanya perhatian khusus dari Pemko Medan," paparnya.

Perjalanan Kereta 34 kali per Hari


Sementara itu, terkait perjalanan kereta api (KA) secara umum setiap harianya, pada perjalanan Reguler Kereta api dari Medan sebanyak 34 kali ke semua Rute, kecuali rute ke Kualanamu yang perjalanannya dimaksimalkan menjadi 14 kali perjalanan yakni 7 kali rute Medan-Kualanamu dan 7 kali rute Kualanamu-Medan.

"Repetisi perjalanan seharinya sebanyak 34 kali perjalanan regular ke semua rute dan 14 kali perjalanan khusus ke  Kualanamu merupakan sudah paling maksimum dari manejemen repetisi perjalan kereta api yang kami buat," kata Manajer Humas PT Kereta Api (Persero) Sumut-Aceh, Rapino.

 Rapino mengatakan, kereta penumpang normalnya mempunyai 8 gerbong, dan ketika terjadi lonjakan penumpang akan ditambah 4 gerbong lagi. Jadi maksimal gerbong untuk sekali perjalanan ada 12 buah gerbong.

"Jika ada momentum tertentu dan terjadi lonjakan penumpang, maka gerbong kereta yang kami tambah bukan repetisi perjalanannya. Nah, gerbong yang normalnya 8 gerbong dalam sekali perjalanan bisa ditambah maksimal 12 gerbong. Kalau beroperasionalnya KA Bandara Kualanamu, maka akan semakin sibuk kita, semakin ramai penumpang," katanya.

Selain perjalanan penumpang, angkutan barang juga mempunyai repetisi perjalanan yang sama jumlahnya dengan perjalan penumpang yakni maksimalnya 34 kali perjalanan dari Medan ke semua rute.

"Jumlah perjalanan kereta barang sebanyak 34 ini sudah maksimal. Tetapi karena sifatnya fleksibel dan tidak stabil artinya jumlah perjalanan ini bisa saja dikurangi tergantung seberapa banyak barang yang diangkut," jelasnya. (dek/mag-9)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Rakyat Sulut Menginginkan Pemekaran

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler