jpnn.com, JAKARTA - Seluruh wilayah Indonesia berpotensi menemui fenomena surya "pethak" atau matahari tampak memutih selama tujuh hingga empat puluh hari.
Hal tersebut disampaikan langsung oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan).
BACA JUGA: Ertiga Seruduk Tembok Rumah, Penghuni Langsung Dilarikan ke Rumah Sakit
"Setiap wilayah di seluruh Indonesia berpotensi mengalami matahari pethak," kata peneliti di Pusat Sains dan Antariksa Lapan Andi Pangerang, di Jakarta, Jumat (30/2).
Dia menjelaskan fenomena surya pethak adalah saat matahari merona putih selama siang hari sejak terbit hingga terbenamnya.
BACA JUGA: Tak Kuat Menanjak, Truk Jatuh ke Jurang, 3 Penumpang Lompat, Sopir?
Menurut dia, jika dikaitkan dengan musim, matahari memutih umumnya hanya terjadi pada musim-musim penghujan, di mana saat itu penguapan air cenderung tinggi sehingga kabut awan lebih mudah terbentuk.
"Matahari tampak memutih hanya bisa terjadi jika kualitas udara di lokasi pengamatan kurang baik, dan dari sisi meteorologis, lokasi tersebut tertutup kabut awan, sehingga penghamburan (scattering) tidak sekuat ketika langit bersih dan cerah," kata dia.
BACA JUGA: Heboh Penampakan Benda Bercahaya di Langit Kota Bandung, Begini Kata Lapan
Penyebab yang memungkinkan surya pethak dapat terjadi akibat letusan gunung berapi dan perubahan sirkulasi air laut yang dapat memengaruhi penguapan dan pembentukan awan.
Secara harfiah, kata dia, surya pethak bermakna matahari tampak memutih.
Surya pethak dapat dimaknai sebagai alam sunya ruri atau siang hari yang temaram seperti malam hari.
Siang hari yang dimaksud ialah dihitung sejak matahari terbit hingga matahari terbenam.
Menurut Andi, sinar matahari yang biasa kemerahan ketika terbit dan terbenam akan memutih, sedangkan ketika matahari meninggi, sinarnya tidak begitu terik dikarenakan terhalang oleh semacam kabut awan.
"Efek dari surya pethak dapat membuat suhu permukaan bumi menjadi lebih dingin, sehingga tumbuhan tidak dapat tumbuh dengan optimal dan manusia akan mudah menggigil," pungkas Andi Pangerang. (antara/jpnn)
Yuk, Simak Juga Video ini!
BACA ARTIKEL LAINNYA... Heboh Cahaya Hijau Dekat Merapi, Simak Penjelasan LAPAN
Redaktur & Reporter : Rasyid Ridha