Laporan Pentagon Sebut Tiongkok Mau Bangun Pangkalan Militer di Indonesia

Rabu, 02 September 2020 – 20:56 WIB
Presiden Tiongkok Xi Jinping menginspeksi personel Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat (PLA). Foto: Xinhua

jpnn.com, WASHINGTON - Departemen Pertahanan Amerika Serikat (Pentagon) merilis laporannya tentang rencana Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) Tiongkok melebarkan sayap dengan membangun pangkalan militer di berbagai negara.

Merujuk laporan itu, Tiongkok juga berencana membangun pangkalan militernya di Indonesia.

BACA JUGA: Amerika Serikat Tidak Akan Membiarkan Taiwan Diintimidasi Komunis Tiongkok

Melalui pangkalan militer itulah Tiongkok berencana memperkuat basis logistik untuk angkatan bersenjatanya. Tiongkok memasukkan tiga negara tetangganya sebagai lokasi untuk pangkalan militernya, yakni India, Myanmar dan Pakistan.

Di luar itu ada beberapa negara lain. Di antaranya ialah Thailand, Singapura, Indonesia, United Emirat Arab, Kenya, Seychelles, Tanzania, Angola dan Tajikistan.

BACA JUGA: Muktamar OBOR

Pentagon dalam laporan tahunan bertitel Military and Security Developments Involving the People’s Republic of China (PRC) 2020 yang diserahkan ke Kongres AS menyebut sejumlah bakal pangkalan militer itu akan menambah fasilitas angkatan bersenjata Tiongkok di Djibouti yang bertujuan mendukung proyeksi angkatan darat, laut dan udaranya.

“Jaringan global logistik militer PLA bisa mengganggu operasi militer Amerika Serikat," tulis Pentagon. "...dan mendukung operasi ofensif melawan AS saat tujuan militer Tiongkok berkembang.”

BACA JUGA: Malam-malam Jokowi Hubungi Presiden Xi Jinping, Sampaikan Terima Kasih

Menurut Pentagon, bisa jadi Tiongkok telah mengajukan penawaran kepada Namibia, Vanuatu dan Kepulauan Solomon seiring rencana Negeri Panda itu membuat garis komunikasi yang menjangkau Selat Hormuz, Afrika dan wilayah Pasifik.

Pada Agustus 2017, Tiongkok secara resmi membuka pangkalan militer pertamanya di Djibouti. Tiongkok lantas menempatkan angkatan lautnya yang dilengkapi kendaraan lapis baja dan artileri di negara yang terletak di Tanduk Afrika itu.

Tiongkok juga menggunakan inisiatif One Belt One Road (OBOR) guna mendukung jaringan transportasi untuk mendukung integrasi ekonominya lebih dalam dengan negara lain. Pertama kali dikenalkan pada 2013, OBOR merupakan program yang dikedepankan Presiden Tiongkok Xi Jinping.(financialexpress/jpnn)

Video Terpopuler Hari ini:


Redaktur & Reporter : Antoni

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler