Sontak saja kabar ini direspons cepat Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Bogor, Suhendra. Kemarin dia memerintahkan stafnya untuk membongkar dan memeriksa seluruh Alquran di ruang penyimpanan terbitan PT Adhi Aksara Abadi Indonesia (AAAI) itu. Hasilnya, Suhendra mengaku tak menemukan kesalahan dalam Alquran yang masih tersisa.
"Kami tidak temukan kesalahan cetak itu. Alquran yang masih ada di Kemenag adalah terbitan PT Adhi Aksara Abadi Indonesia tahun 2011," kata dia, Selasa (4/9).
Akan tetapi, Hendra bakal terus memeriksa kembali Alquran yang akan dia distribusikan. Mengingat, belum sepenuhnya Alquran yang ada sudah diperiksa. Untuk melakukan pengecekan, Kemenag membutuhkan waktu dan akan dikerjakan dalam pekan ini.
"Memang kemarin kami ada halal bi halal Kementerian di Bekasi. Jadi belum sepenuhnya (Alquran) terperiksa. Tapi kami akan telusuri lagi dan melaporkannya kepada Kemenag Pusat jika memang ditemukan kesalahan cetak," ungkapnya.
Lantas, ke mana Alquran yang salah cetak dan kabarnya ditemukan di Kabupaten Bogor? Kasi Urusan Agama Islam (Urais) Kemenag Kabupaten Bogor, Apud Sihabudin menambahkan, tahun ini pihaknya mendapatkan bantuan seribu eksemplar Alquran dari Kemenag Pusat.
Menurut dia, Alquran tersebut dibagikan kepada majelis taklim, pondok pesantren dan beberapa pihak yang mengajukan permohonan bantuan kitab suci. Kemenag juga membagikan beberapa eksemplar saat program tarawih keliling Pemkab Bogor.
Tak hanya itu, sedikitnya 15 eksemplar Alquran dibagikan ke masjid-masjid di wilayah Kabupaten Bogor ketika mengikuti program Jumat keliling (Jumling) Bupati Rachmat Yasin (RY). Pembagian dipusatkan di kegiatan Jumling dan Tarling, mengingat jumlahnya tak mencukupi jika harus dibagikan ke seluruh masjid yang ada di Kabupaten Bogor.
Sementara itu, bak tersambar petir di siang bolong, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Bogor, Ahmad Mukri Aji belingsatan mendengar kabar adanya kesalahan cetak pada Alquran dari Kabupaten Bogor. Ia berjanji akan segera menanyakan langsung ke Kemenag Bogor. Jika benar ditemukan, MUI mendesak Kemenag untuk segera menarik Alquran tersebut dari masyarakat.
"Masalah ini menjadi perhatian utama kami. Kalau benar ada, Kemenag harus segera menarik dari peredaran. Ini dosa besar kalau dibiarkan," geramnya.
Aji mengatakan, perlu ditelusuri juga motif atau sebab kesalahan cetak. Apakah murni ketidaksengajaan pada saat pencetakan atau justru ada niat-niat tersembunyi. Karenanya, ia meminta Kemenag Pusat untuk menindaklanjuti masalah ini dan segera mengambil langkah tegas.
"Jangan dibiarkan. Kalau sudah terlanjur beredar, segera ditarik. Jangan dibiarkan berlarut-larut," tukasnya.
Luapan kemarahan pun dilontarkan Ketua Bidang Luar Negeri MUI Pusat, Muhyidin Junaedi. Ia meminta Kemenag Pusat dan daerah bertanggung jawab dengan melakukan investigasi menyeluruh, untuk mengetahui kronologi percetakan dan peredaran Alquran yang diduga mengalami kesalahan cetak. Muhyidin meminta pejabat yang berwenang dalam pengadaan Alquran ini, termasuk pihak percetakan diberi sanksi berat.
"Harus ada sanksi untuk efek jera agar tak dilakukan lagi. Ini masalah kitab suci. Jangan sembarangan. Tarik semua Alquran yang salah cetak, secepatnya," tandasnya.
Terpisah, Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PC NU) Kabupaten Bogor, KH Romdoni pun kecewa dengan kabar ini. Dia berpendapat, kesalahan cetak pada Alquran dapat berpengaruh pada muatan isi firman yang disampaikan Allah SWT. Dan itu berarti menyesatkan.
"Jika benar ada kesalahan cetak Alquran itu jangan dibaca. Karena bisa jadi isinya sudah tak sesuai atau bahkan menyesatkan. Sebelum itu terjadi, sebaiknya kemenag bertindak," tukasnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, ribuan kitab suci umat Islam yang dicetak dan diedarkan pada 2011 banyak mengalami kesalahan cetak. Direktur Lembaga Percetakan Alquran (LPQ) Sarmidin Nasir, Quran yang dicetak pada 2011 tersebut mengalami kesalahan pada halaman 88. Seharusnya berlanjut ke halaman 89, tetapi yang terjadi ke halaman 57. Berikutnya halaman kurang atau isi kurang mulai halaman 89 sampai 120.
Kesalahan lain adalah perubahan tanda baca (harakat) kasrah menjadi tanwin pada halaman 339. Petikan ayat tersebut seharusnya berbunyi bi afwahikum. Namun, karena terdapat kesalahan tanda baca menjadi bin afwahikum. Selain itu, ada juga ayat yang gundul alias tidak memiliki tanda baca pada 367.
Kesalahan teknis lainnya, sebagian besar halamannya membayang sehingga tidak bisa dibaca karena terlihat seperti tulisan yang bertumpuk. Di beberapa halaman terdapat pula beberapa ayat yang tercetak keriput karena kertasnya keriput sehingga hurufnya terpotong-potong.(ric/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Foke Bersyukur Jakarta Bebas Konflik Horizontal
Redaktur : Tim Redaksi