Larang Persebaya DU Main di Surabaya

Risma Dukung Aspirasi Bonek

Selasa, 16 April 2013 – 07:01 WIB
SURABAYA - Aksi para pendukung Persebaya 1927 untuk menyelamatkan timnya terus bergulir. Mereka menggelar aksi damai dengan mengadu langsung pada Walikota Surabaya Tri Rismaharini di balai kota kemarin (15/4).

Sekitar 1.500 Bonek, julukan pendukung Persebaya, sudah mengalir ke sebelah timur kantor walikota sejak sekitar pukul 12.00 WIB. Di sana mereka bernyanyi dan menabuh genderang. Hingga akhir aksi, keadaan di sekitar kantor walikota cukup kondusif.

Mereka menuntut pembubaran Persebaya yang bermain di Divisi Utama PT Liga Indonesia (Persebaya DU) yang mereka anggap palsu. Selain itu, mereka juga mendesak Pemkot Surabaya melarang tim tersebut bermain di Gelora Bung Tomo atau Gelora 10 Nopember yang merupakan aset Pemkot.

Koordinator aksi, Andie Peci, mengatakan pihaknya kecewa dengan keputusan KLB PSSI yang melarang Persebaya 1927 masuk dalam proses unifikasi liga tahun depan. Padahal, tim tersebut merupakan Persebaya yang resmi tercatat di FIFA.

"Kami di sini bukan karena kepentingan politik, ini aspirasi bersama. Untuk itu kami juga meminta agar Persebaya Divisi Utama tidak bermain di Surabaya," kata Andie dalam orasinya

Selain karena Bonek sebagai warga Surabaya yang mengadu pada pimpinannya, aksi tersebut juga didasarkan pada wewenang Pemkot dalam penyelenggaraan laga sepak bola di Surabaya.

Proses perizinan menggunakan lapangan sepak bola Gelora Bung Tomo dan Gelora 10 Nopember berawal di Pemkot Surabaya. Setelah ditandatangani, surat izin itu baru diserahkan ke kepolisian untuk mengamankan lokasi. Sehingga, jika Pemkot tak memberi izin, maka laga tak bisa dilaksanakan.

Tanpa melalui proses yang panjang, pengaduan Bonek diterima Risma. Wali kota perempuan pertama di Surabaya itu akhirnya mengeluarkan surat yang menyepakati tuntutan mereka.

"Kita buatkan saja suratnya. Kita kirim ke PSSI biar mereka yang memutuskan nantinya," tegas Risma dalam pertemuan secara lesehan di tangga depan pintu masuk balai kota tersebut.    

Ada dua poin penting surat aspirasi Bonek yang ditandatangani Risma dan ditujukan pada Ketua Umum PSSI tersebut. Pertama, tidak memperkenankan Persebaya yang berkompetisi di Divisi utama PT Liga Indonesia (LI) bermain di Surabaya. Selanjutnya, meminta pada PSSI untuk mengakui Persebaya yang kini berlaga di IPL dan berhak mengikuti kompetisi liga unifikasi PSSI musim depan.

Dukungan Risma pada aspirasi Bonek tidak cukup itu. Dia berjanji akan mendampingi Bonek untuk mengantarkan surat tersebut ke Jakarta.

"Persebaya main di Bantul saya temani tiga hari. Kerusuhan lalu (6 Maret) saya sampai kena gas air mata juga," tandas Risma menyatakan bahwa selama ini dia selalu support pada Bonek.

Terkait surat yang juga ditembuskan kepada Menpora Roy Suryo itu, Risma menyatakan hanya bisa pasrah. Sebab keputusan utama tetap ada pada PSSI. Risma mengatakan, pemerintah kota tidak ingin terjadi perselisihan antar suporter di kota yang dipimpinnya.

Dia meminta kepada para petinggi sepak bola di pusat, untuk lebih bijak dan arif dalam menyikapi hal ini. "Saya tidak ingin ada perselisihan. Tolong yang ada di pusat untuk lebih arif," ujarnya.

Risma menekankan, bahwa dalam kasus ini dirinya tidak tampil sebagai pengambil kebijakan. Namun hanya sebagai penjaga ketertiban khususnya di Surabaya.

"Bukan saya yang mengambil kebijakan. Tugas saya hanya menyampaikan aspirasi yang muncul dari masyarakat Kota Surabaya," katanya.   

Usai Risma membacakan surat tersebut di hadapan mereka, Bonek pun menyambutnya dengan gembira. Suar atau flare yang biasa mereka sulut di stadion saat Persebaya menang juga ikut menyala. Bonek berangsur-angsur membubarkan diri dan dengan tertib meninggalkan kantor Walikota sekitar pukul 15.00 WIB. (ady/ang)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Inter Merasa Dikutuk Musim Ini

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler