Lebih dari 100 pria Australia ditangkap dalam operasi internasional karena dituduh menyimpan dan saling berbagi material pornografi anak-anak. Ratusan anak berhasil diselamatkan.
Penyelidikan bersama antara pihak berwenang di Australia dan negara lain dengan nama Operasi H dan di Australia dikenal dengan nama Operasi Molton dimulai di tahun 2019.
BACA JUGA: Indonesia Tolak Seruan PBB soal Penyelidikan Pelanggaran HAM di Papua
Sebagai tindak-lanjut penyelidikan selama tiga tahun tersebut, polisi Australia telah menahan 117 pria yang menghadapi keseluruhan 1.248 tindak pelanggaran.
Selama masa penyelidikan ini, 153 anak berhasil diselamatkan di berbagai negara termasuk 51 orang di Australia.
BACA JUGA: Kisah WNI Korban Banjir Australia: Bertahan di Atap dan Kehilangan Tempat Tinggal
Operasi Molto di Australia dilakukan oleh Unit Kontra Eksploitasi Terhadap Anak-anak (ACCCE) dari Kepolisian Federal.
Mereka bergerak setelah mendapat informasi adanya ribuan orang yang menggunakan tempat penyimpanan di internet dan saling berbagi bahan-bahan pornografi dan penyiksaan seksual terhadap anak-anak.
BACA JUGA: Rusia Bombardir Kota-Kota Ukraina, Begini Nasib Anak-Anak di Sana
Asisten Komisioner Lesa Gale dari Polisi Federal Australia menggambarkan apa yang terjadi sebagai hal yang 'mengerikan".
"Melihat, mendistribusikan dan memproduksi bahan-bahan penyiksaan seksual terhadap anak-anak itu hal yang mengerikan," katanya.
"Anak-anak bukanlah komoditi. Makanya AFP bersama mitranya terus bekerja untuk membongkar dan menyeret para pelanggar ini ke pengadilan," jelasnya.
Warga Australia yang ditahan memiliki rentang usia dari 18 sampai 61 tahun.
Dari semua itu, 58 orang ditahan di Queensland, 18 di Victoria, 17 di New South Wales, 12 di Australia Selatan, delapan di Australia Barat, tiga orang di Tasmania, tiga di ACT (Canberra) dan dua orang di Northern Territory.
Polisi mengatakan latar belakang para tersangka berbeda-beda dalam pekerjaan, mulai dari bidang konstruksi, transportasi, penegakan hukum dan hospitality.
Detektif Jayne Welsh dari Kepolisian Victoria mengatakan prioritas utama mereka adalah melindungi anak-anak sehingga tidak mengalami penyiksaan dan pelecehan seksual lebih lanjut.
"Kepolisian Victoria bersama mitra penegak hukum lainnya di seluruh Australia dan juga negara lain akan terus mencari para predator online dan melindungi anak-anak," tegasnya.
"Saya mendesak para orang tua agar waspada dan proaktif berdiskusi dengan anak-anaknya mengenai keamanan kegiatan online," ujar Welsh.
"Anak-anak bisa dibujuk dalam hitungan menit. Orang tua perlu mengerti tanda-tanda adanya pendekatan yang berbahaya, bagaimana melindungi diri dan keluarga, dan bagaimana melaporkan tindakan mencurigakan," tambahnya.
Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya dari ABC News.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pemerintah Hong Kong Rencanakan Tes Massal untuk 7,4 Juta Orang, Warga Diminta Tidak Panik