Informasi yang berhasil dihimpun, untuk PSK berusia di atas 30 tahun, maka tarif yang diketok hanya Rp 150 ribu. Sedangkan untuk ´daun muda' atau di bawah 25 tahun, bisa di-booking dengan tarif Rp200 hingga Rp250 ribu. Tarif kedua jenis PSK itu hanya berlaku tak lebih 1,5 jam. Atau sekali naik ranjang.
Sementara untuk PSK belasan tahun dengan paras rupawan atau neng geulis, para pelancong harus rela merogoh kocek Rp 350 ribu. Itu lagi-lagi short time. Jika ingin semalaman, tarif membengkak hingga Rp 700 – 800 ribu. Itu non stop sampai ´ayam berkokok´.
Meski Pemkab Bogor melancarkan program nongol-babat atau nobat, tapi wisata prostitusi di Puncak tetap bergeliat. Sejak lokalisasi PSK di Gang Semen, di Cipayung diratakan dengan tanah, reservasi wanita pemuas nafsu itu dilakukan melalui pesan berantai melalui telepon genggam.
“Yang terdata oleh kami, sekitar 80 PSK. Tapi, di lapangan, jumlahnya mencapai ratusan, satu malam saat musim liburan seperti ini, sedikitnya 150 PSK beroperasi,” tandas Teguh.
Menurut salah seorang pelanggan PSK Puncak, Toyip (nama samaran), pelayanan dengan kualitas standar sudah dapat dinikmati dengan tarif Rp 260 ribu. “Sebesar Rp 200 ribu untuk PSK-nya, sebesar Rp 60 ribu untuk menyewa satu kamar hotel short time,” beberanya.
Selama long weekend ini, Toyip kerap mendapat tawaran dari salah satu mucikari Puncak melalui pesan singkat. Ia bisa menggunakan jasa PSK di sebuah hotel melati di Kecamatan Megamendung. “Cukup datang, parkir di depan hotelnya. Kemudian ditawari beberapa pilihan wanita, terus pilih. Kalau cocok, bisa langsung masuk kamar deh,” cetusnya.(cr2)
BACA ARTIKEL LAINNYA... UMP Rp2,2 Juta, Pengusaha Murka
Redaktur : Tim Redaksi